BERITA

Ketemu Jokowi, Arifin Panigoro Tawarkan Konsep Sawah Modern

Ketemu Jokowi, Arifin Panigoro Tawarkan Konsep Sawah Modern

KBR, Jakarta - Pengusaha Arifin Panigoro menemui Presiden Joko Widodo, Senin (5/6/2015) pagi. Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu jam itu, Arifin menawarkan konsep pengembangan sawah modern kepada Jokowi. 

Pengusaha itu sudah mencoba mengembangkan sawah mekanik berteknologi tinggi di Papua Selatan. 

"Kita sudah teliti lahannya, teliti airnya, ketersedian Papua Selatan itu sebesar Jawa, 10 juta hektar. Kalau ini berhasil  akan membantu jawa. Kan sekarang daya dukung Jawa ini airnya kurang, lahannya kurang. Urbanisasi, industrialisasi, pada berebut kan. Nah, mungkin ini bisa jadi solusi," kata Arifin di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta selepas bertemu Jokowi, Senin (6/4/2015). 

Arifin menambahkan, syarat utama dari penerapan sawah modern adalah lahan pertanian harus datar. "Di Sulawesi ada pasti," kata Arifin ketika ditanya tempat lain yang memungkin ditanam sawah modern. 

Keunggulan sistem sawah modern adalah tak membutuhkan tenaga manusia banyak. Dari 5 ribu hektar sawah, hanya dibutuhkan 100 orang. 

"Jadi satu orang (pegang) 50 hektar, Kayak di Amerika gitu lah," ujar Arifin. Kata dia, Indonesia sudah ketinggalan dari negara tetangga yang sudah menerapkan sistem ini. Misalnya Vietnam dan Thailand. 

Selain itu masa tanam padi dari sawah modern hanya memerlukan waktu 100 hari. Namun komiditi yang ditanam harus diselang-seling. "Kita menanam kedelai setelah ini," kata Arifin. 

Hasil panen sawah modern per hektarnya bisa mencapai 8 ton gabah kering. "Kemarin yang manual itu 6,9 ton gabah kering per hektar". Pemilik Medco Group ini juga mengundang Jokowi untuk melihat hasil panen dari sawah modern pada awal Mei mendatang. 

Editor: Antonius Eko 

 

  • Arifin Panigoro
  • Sawah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!