NASIONAL

9 TKI Korban Perdagangan Manusia Dipulangkan dari Malaysia

"KBR68H, Jakarta - Hari ini pemerintah telah memulangkan sembilan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban perdagangan manusia di Kuala Lumpur, Malaysia. Di sana mereka diperkerjakan sebagai pekerja seksual."

Wiwik Ermawati

9 TKI Korban Perdagangan Manusia Dipulangkan dari Malaysia
TKI, perdagangan, orang, malaysia

KBR68H, Jakarta - Hari ini pemerintah telah memulangkan sembilan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban perdagangan manusia di Kuala Lumpur, Malaysia. Di sana mereka diperkerjakan sebagai pekerja seksual.

Ketua Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI KBRI Malaysia Dino Wahyudin mengatakan tujuh korban di antaranya anak di bawah usia 18 tahun. Oleh agen di Malaysia, data kelahiran mereka diubah sebelum dikirim ke tempat prostitusi. Menurut Dino, pemerintah bersama aparat Malaysia masih mencari otak pelaku jaringan perdagangan manusia.

"Kita telah bekerja sama dengan polisi Malaysia, kita berhasil menyelamatkan mereka. Sementara kita masih terus, pelakunya ini kan juga ada di Indonesia, pelaku perdagangan ini kan bukan berarti pelakunya Malaysia juga. Malaysia itu adalah wilayah teritori Malaysia, penegak hukum Malaysia yang akan melakukan tindakan hukum. Sementara kan ada pelakunya juga di Indonesia yang mengirimkan mereka ini," kata Dino kepada KBR68H

Ketua Satgas Perlindungan dan Pelayanan WNI KBRI Malaysia Dino Wahyudin menambahkan saat ini tengah bekerja sama dengan divisi anti-perdagangan di kepolisian Malaysia. Pemerintah menduga ada jaringan perdagangan manusia baik di Kuala Lumpur dan di Indonesia. Modus yang mereka lakukan adalah memberikan tawaran penghasilan yang besar dengan memperkerjakan mereka di salon atau rumah makan. Selanjutnya mereka diperkerjakan sebagai pekerja seks.

Editor: M Irham

  • TKI
  • perdagangan
  • orang
  • malaysia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!