NASIONAL

Sudahkan Pariwisata Kita Pro-Lingkungan?

"Pengembangan pariwisata itu harus memperhatikan aspek lingkungan dan kesejahteraan masyarakat."

Podcast What's Trending
Podcast What's Trending

KBR, Jakarta- Melakukan perjalanan wisata, menikmati keindahan dan kekayaan alam, khususnya di berbagai daerah di Indonesia emang asik. Tapi, sudahkah kebiasaan-kebiasaan kita selama berwisata itu pro-lingkungan?

Memang, banyak banget spot destinasi wisata hidden gem, tersebar di Indonesia. Makin banyak wisatawan yang gemar menjelajahi tempat-tempat tersembunyi ini, Tapi sayangnya aktivitas wisata ini terkadang menimbulkan kerusakan alam.

Padahal, perkara menjaga lingkungan ini mesti jadi tanggung jawab semua pihak. Bahkan menurut Wakil Menteri (Wamen) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong, pengembangan pariwisata itu harus memperhatikan aspek lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

"Hadirnya sustainable tourism itu kadang-kadang juga sebagai antitesis dari mass tourism yang selama ini dianut. Dan di negara kita, mohon maaf saya lihat kecenderungan memang kita mass tourism. Mass tourism sebetulnya antitesis dari alternatif tourism. Kalau mass tourism itu biasanya konsepnya adalah high quantity tapi low value. Jadi kita mendorong sebanyak-banyaknya kunjungan wisata, tapi value economic, dampak sampahnya rendah gitu loh kan," ungkapnya.

Baca juga:

Sudahkah Wisatawan Sadar Bencana saat Melancong?

Tren Promosi Wisata Hidden Gem di Media Sosial

Ketakutan Setengah Mati akan Kematian

Bukannya membawa turis sebanyak-banyaknya, kata Alue, seharusnya Indonesia lebih mengedepankan konsep sustainable tourism. Di mana sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep berwisata berdampak panjang terhadap lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi di masa kini dan masa depan.

"Banyak contoh di tempat kita ya wisata alam, kita mendorong orang sebanyak-banyaknya dengan tarif masuk karcisnya murah sekali. Ini saya sering dengan kepala badan, kepala balai, kepala UPT untuk menangani sampah aja uang kardus itu nggak mampu gitu loh. Karena kita mendorong mass tourism tadi. Seolah sebanyak-banyaknya orang masuk ke kawasan wisata alam, tetapi implikasinya buang sampahnya sembarangan," terang Alue.

Seperti Apakah Sustainable Tourism?

Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan, sustainable tourism atau wisata keberlanjutan memperhatikan 3 aspek. Yaitu lingungan, sosial dan ekonomi.

"Tetapi dengan adanya pergeseran paradigma pariwisata dunia sekarang, itu sudah jauh bergeser sekarang. Nah kalau saya coba gali sustainable tourism, yang pertama adalah ecotourism-nya itu sendiri. Jadi tidak hanya berbicara soal lingkungan saja, tetapi sudah kepada ekologinya. Nah ini lebih luas, lebih dalam. Nah ecotourism ini lebih kepada, dia berjalan atau mengadakan perjalanan kepada daerah-daerah destinasi yang natural, alam sambil dia juga menjaga kondisi, memelihara lingkunganm dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal," tutur Azril.

Selain itu, Azril mengungkap adanya konsep community based-ecotourism. Konsep ini, menurut Azril sudah berkembang di kancah global. Di mana, wisata ini melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengelolaan destinasi, sehingga alam di daerahnya terjaga. Nah konsep ketiga adalah responsible tourism atau wisata yang bertanggung jawab. Pada konsep inilah, ia menilai, Indonesia masih lemah penerapannya.

Menurutnya, konsep keberlanjutan pariwisata harus didorong dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan. Azril mengkritik, pemerintah yang masih mendorong mass tourism yang berisiko merusak lingkungan.


"Yaitu berwisata kita, tetapi dapat meningkatkan manfaat terhadap local community. Meminimalkan dampak-dampak sosial yang negatif, maupun dampak-dampak lingkungan yang negatif. Jauh artinya memelihara atau mengkonservasi budaya, dan juga habitat ataupun spesies yang ada. Jadi flora dan fauna yang ada di sana. Jadi tidak hanya lingkungan tok saja, tetapi juga kepada habitat daripada flora maupun faunanya. Nah yang selama ini ada adalah cultural tourism atau pariwisata berbasis budaya," pungkas Azril.


  • Pariwisata
  • Wisata
  • Turis asing
  • Sustainable Tourism
  • Responsible tourism
  • Ecotourism

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!