NASIONAL

Petani Disarankan Gunakan Benih Tahan Kekeringan

"Siap menghadapi musim kering di akhir 2023, dengan sejumlah strategi. Salah satunya, mengarahkan petani menggunakan benih tahan kekeringan."

kekeringan

KBR, Jakarta - Kementerian Pertanian menegaskan siap menghadapi musim kering di akhir 2023, dengan sejumlah strategi. Salah satunya, mengarahkan petani menggunakan benih tahan kekeringan.

Dirjen Tanamangan Pangan Kementan, Suwandi menyebut kementeriannya harus menyiapkan langkah-langkah jangka pendek, menengah maupun jangka panjang untuk mengantisipasi perubahan iklim terutama El Nino.

"Ini akan terjadi sekitar Juli, Agustus, September sehingga kemaraunya lebih panjang. Langkah yang kita lakukan yang pertama membentuk Brigadir DPI atau dampak perubahan iklim dan termasuk pengendali hama penyakit. Kemudian kita pantau dengan sistem Early Warning System antisipasi dini supaya meminimasi resiko maka akan dilakukan setelah Early Warning System adalah mitigasi dan adaptasi," ujar Dirjen Tanamangan Pangan Kementan, Suwandi pada konferensi pers mengenai antisipasi El Nino di kanal Youtube Propaktani, Kamis (09/03/2023).

Kata Suwandi lagi, pihaknya juga dibantu dengan data-data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), juga mengantisipasi kebutuhan air di parit.

Baca juga:

- Stok Beras Terancam Defisit Hampir Sepanjang Tahun

- Jokowi Sebut Harga Beras Naik di Semua Provinsi

Suwandi juga menyebut Kementan memberikan bantuan benih gratis kepada petani yang menjadi korban banjir, serangan hama penyakit hingga kekeringan dengan maksud proses produksi bisa terus berjalan.

Suwandi juga menghimbau petani untuk menggunakan usaha tani padi untuk membantu jika terjadi kerugian panen. Tujuannya, memenuhi kebutuhan rumah tangga petani lebih dulu, sebelum menjual hasil panennya ke pasaran.

Editor: Fadli

  • kekeringan
  • musim kering
  • el nino

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!