NASIONAL

Bukan Berhemat, Presiden Dorong Masyarakat buat Belanja

"Menurut Presiden Jokowi, sekarang adalah waktunya belanja, bukan berhemat!"

Podcast What's Trending
Podcast What's Trending

KBR, Jakarta- Sekarang waktunya belanja, bukan hemat!!!

Seruan ini bukan datang dari pusat-pusat perbelanjaan atau platform belanja online ya. Melainkan seruan dari Presiden Joko Widodo.

Jadi setelah pencabutan kebijakan PPKM, pemerintah tengah fokus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat.

Presiden Joko Widodo berharap masyarakat tidak menahan uangnya dan mulai berbelanja. Jokowi menyebut, peningkatan angka konsumsi masyarakat sangatlah penting untuk menjaga pertumbuhan dalam negeri. Sebab selama pandemi kemarin, ada banyak uang yang mengendap dan ditahan di bank karena masyarakat lebih memilih berhemat ketimbang berbelanja.

"Setelah PPKM dicabut kita harapkan nanti di 2023 ini konsumsi masyarakat, belanja masyarakat itu akan mengalami kenaikan. Yang itu akan munculkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Kewajiban para gubernur adalah bagaimana menjaga agar konsumsi rumah tangga itu terjaga dan meningkat. Kita tahu di 2022 konsumsi masyarakat, konsumsi rumah tangga berada di angka 4,93. Dan kita harapkan di 2024 nanti bisa muncul angka 5,4 persen. kalau ini terjadi, pertumbuhan ekonomi otomatis akan juga ikut naik," ungkap Jokowi (23/2).

Nah di tengah seruannya, Presiden Jokowi menilai di 2023, ada peluang peningkatan konsumsi masyarakat. Sebab kata Jokowi, akan ada banyak event olahraga dan hiburan yang berlangsung sepanjang 2023.

"Saya berikan contoh hal-hal kecil. Tapi ini sebetulnya besar, yaitu event seni dan event olahraga. Itu adalah belanja masyarakat. Diperkirakan tahun 2023 ada kurang lebih, kurang lebih 3.000-an event olahraga dan seni. Ini bagus untuk ekonomi kita. Sehingga Kemarin saya sudah titip ke Kapolri. Sekarang saya ketemu para Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekda. Untuk izin-izin masalah ini jangan ada yang dihambat. Rumusnya justru kita mendorong masyarakat untuk belanja, bukan hemat sekarang ini, beda lagi. Karena kita membutuhkan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dan kalau bisa justru naik," pungkas Jokowi.

Baca juga:

Kiat Hadapi Resesi 2023 Buat yang Pas-pasan

Tantangan Beli Rumah buat Generasi Sekarang

Career Cushioning, Nyiapin Hal Tak Terduga

Jadi setelah pencabutan kebijakan PPKM, pemerintah tengah fokus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dengan meningkatkan daya beli dan konsumsi masyarakat.

Memang apa sih pengaruhnya konsumsi masyarakat ini sampai dibujuk rayu untuk spending money? Kalau berdasarkan laman Kementerian Keuangan, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh lima komponen. Yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pengeluaran investasi, export dan import. Dari kelima komponen ini, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintahlah yang dapat didorong dalam jangka pendek.

Sedangkan investasi, membutuhkan waktu relatif panjang. Dan export, membutuhkan upaya yang lebih karena dunia usaha nasional belum pulih dan kondisi ekonomi global yang masih lesu.

Cukupkah dengan Ajakan Spending Money?

Menanggapi seruan ini, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Agus Herta Sumarto menganggap pernyataan Presiden Jokowi sebagai hal wajar. Sebab struktur ekonomi Indonesia bergantung pada sektor swasta.

"Ini adalah momentum yang saya kira memang, kita perlu ada trigger yang lebih, atau daya dorong yang lebih, terutama dari masyarakat kelas menengah atas nih. Jadi konsumsi itu sekarang yang didorong adalah konsumsi kelas menengah atas gitu. Namun tentunya, tidak bisa serta merta, hanya himbauan. Kalau hanya berupa himbauan, saya kira itu pengaruhnya tidak begitu signifikan. Maka lebih baiknya, jika himbauan itu juga diikuti atau dibarengi dengan misalkan insentif untuk konsumsinya," ungkap Agus.

Agus mengatakan kondisi masyarakat menengah ke bawah tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Sebab kelompok masyarakat inilah yang paling terpukul selama pandemi Covid-19.

Meski menyarankan pemerintah memberikan insentif untuk meningkatkan konsumsi kelompok masyarakat menengah ke atas. Agus pun meminta pemerintah lebih meyakinkan masyarakat. Kalau keadaan ekonomi akan membaik kedepannya. Sebab menurutnya, kepercayaan publik akan mempengaruhi tingkat konsumsi.

"Emang jalan satu-satunya adalah pemerintah mendorong masyarakat untuk melakukan konsumsi lebih banyak. Saya kira, makanya kita mungkin dapat memahami. Tetapi tentu ini, jangan dijadikan jurus utama oleh pemerintah. Karena pemerintah juga, misalkan sekarang masih memiliki instrumen yang lain. Misalkan pemerintah melalui kebijakan fiskalnya gitu kan, bisa tadi melakukan relaksasi gitu kan. Bisa menambah program-program produktif. Misalkan baik itu berupa bantuan keuangan untuk UMKM. Programnya bisa dalam bentuk uang ataupun bukan," ujarnya.

Lebih jelasnya, kita simak Podcast What's Trending di link berikut ini:

  • belanja
  • ekonomi
  • pertumbuhan ekonomi
  • gak boleh hemat
  • Presiden Jokowi
  • Jokowi
  • Podcast What's Trending

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!