Article Image

NASIONAL

Omah Baca Nawala: Saling Berbagi, Atasi Gap Literasi

Omah Baca Nawala sebagai rak buku publik jadi konsep baru fasilitas publik di Kota Solo, Jawa Tengah. (Dok: Omah Baca Nawala)

KBR, Jakarta - Survei Program for International Student Assessment (PISA) 2019 mencatat, tingkat literasi Indonesia berada di posisi ke-62 dari 70 negara. 

Tak bisa dipungkiri, minat baca di tanah air masih rendah. Alasannya beragam, mulai dari keterbatasan akses terhadap pustaka hingga harga buku yang mahal. 

Di Solo, Jawa Tengah, misalnya, perpustakaan kota sudah menyediakan banyak buku. Namun, baru sedikit warga yang mengaksesnya. 

Realita ini menggelitik Gayatri Kusumawardhani, Ketua OSIS SMA Regina Pacis Surakarta. Ia lantas melontarkan gagasan membuat rak buku publik. 

“Juli tahun lalu (2021) genap 70 tahun, SMA Regina Pacis. OSIS bikin serangkaian event yang punya satu tujuan yaitu fundrising. Salah satu concern terbesar kita yaitu literasi,” jelasnya.

Rak buku publik terinspirasi gerakan literasi di Amerika Serikat dan Jakarta. 

“Kita terinspirasi dari little free library project di US dan ternyata udah diimplementasikan di Indonesia, Jakarta Bookhive,” ujar Gayatri

Bersama rekan-rekan di OSIS, Gayatri mencari nama yang tepat untuk proyek sosial ini. Terpilihlah kata Nawala. 

“Nawala itu diambil dari bahasa Jawa kuna yang artinya surat atau pesan. Kita emang pengen pakai nama yang ada unsur budayanya agar lebih relate ke masyarakat. Kedua, supaya ada unsur originalitas, punya Indonesia, punya Solo,” katanya. 

Baca juga: Bookhive, Pustaka Mini Ramah Pandemi

Pemerintah Kota Solo dan Rotary Club Kartini mendukung proyek Omah Baca Nawala untuk meningkatkan literasi generasi muda. (Dok: Omah Baca Nawala)

Omah Baca Nawala mendapat dukungan dari Pemkot Solo dan Klub Rotary Solo Kartini. Sebagai proyek rintisan, enam lemari buku dari kayu bercat oranye diletakkan di halaman Balai Kota.

“Saya juga titip ke warga Kota Solo, karena ini konsepnya free mohon kita jaga bersama-sama," ujar Gibran saat peresmian Omah Baca Nawala yang bertepatan dengan Hari Kunjung Perpustakaan, 17 September 2021 lalu.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Klub Rotary Solo Kartini Santi Stanislausia Liem berharap proyek ini bisa menumbuhkan minat baca anak-anak muda. 

“Sehingga wawasan anak-anak muda semakin luas,” kata Santi.

Mirip konsep Jakarta Bookhive, warga bisa mengambil buku di Omah Baca Nawala secara cuma-cuma. Bagi yang ingin menyumbang buku bisa langsung diletakkan di lemari. 

Slogan mereka adalah “Njupuk Sakcukupe, Menehi Sakikhlase” yang berarti “Ambil secukupnya, beri seikhlasnya,”. 

“Ada literasi gap di masyarakat. Harapannya Omah Baca Nawala ini dapat menjembatani kesenjangan itu, untuk bisa mewujudkan masyarakat Surakarta yang sadar literasi,” ucap Gayatri

Sudah ada ratusan buku tersedia di Omah Baca Nawala. Sumbangan awal berasal dari Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Solo.

Baca juga: Inisiatif Berbagi Konten Pembelajaran Gratis

Gayatri Kusuma Wardhani berharap konsep Omah Baca Nawala bisa diadopsi di banyak tempat. (Dok: pribadi)

Kini, saban sore, pelataran Balai Kota Solo dikunjungi warga. Beberapa orang berdiri di dekat lemari sembari memegang buku. Ada juga orang tua yang mengajak anaknya untuk membaca.

“Ini jadi bukti kalau kebiasaan orang tua atau role model di rumah mereka itu juga akan ditiru sama anak-anaknya,” katanya

Ke depan, Gayatri berharap konsep rak buku publik bisa direplikasi ke seluruh Indonesia. 

“Semoga ke depannya betul-betul berkelanjutan. Ada terus yang mendonasikan buku, yang baca, dan ada terus minat baca,” pungkas Gayatri. 

Dengarkan News Wrap Up episode Omah Baca Nawala: Saling Berbagi, Atasi Gap Literasi di KBR Prime, Spotify, Apple Podcast dan platform mendengarkan podcast lainnya.

Penulis: Valda Kustarini

Editor: Ninik Yuniati