NASIONAL

Ekonom: Konflik Rusia-Ukraina Jangan Jadi Alasan Menaikkan Harga BBM

Jangan Jadi Alasan Menaikkan Harga BBM

KBR, Jakarta - Kalangan ekonom menyarankan pemerintah mengambil langkah antisipatif pasca-kenaikan harga minyak dunia sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina.

Menurut Pengamat ekonomi dari Indef, Tauhid Ahmad, pemerintah bisa menandatangani kontrak jangka panjang di impor bahan bakar minyak untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga dalam negeri.

"Saya kira pertama ya, pemerintah sebenarnya harus punya kontrak jangka menengah panjang ya, terutama untuk BBM. Karena sebagian besar kan kebutuhan dalam negeri itu dipenuhi oleh impor. Dari kebutuhan 1,4 atau 1,5 juta barel per hari, hampir separuhnya itu impor. Jadi kontraknya itu katakanlah harus kontrak menengah atau panjang. Itu di-pack pada harga yang cukup baguslah begitu. Memang akan naik dari APBN ya. Tapi mungkin bisa lebih rendah dari nilai yang ada sekarang," ujar Tauhid Ahmad saat dihubungi KBR, Selasa (1/3/2022).

Tauhid memperkirakan, pemerintah akan menambah subsidi guna mengurangi tekanan daya beli masyarakat. Indef juga menyarankan pemerintah tidak tergesa-gesa menaikkan harga BBM, mengingat beban masyarakat akan semakin bertambah di masa pandemi Covid-19 ini.

Baca juga:

- 13 WNI Belum Dievakusi dari Ukraina, Kendalanya?

- Rusia Serang Ukraina, Indonesia Kecam Pelanggaran Teritorial

Pagi (2/3/2022) ini, harga minyak melonjak lebih dari tujuh persen ke level tertinggi sejak delapan tahun lalu. Saat ini harga minyak di angka 106 dolar Amerika per barel.

Editor: Fadli Gaper

  • Harga BBM
  • Konflik Rusia
  • Rusia Serang Ukraina

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!