NASIONAL

Bahlil: Investasi Sektor Pariwisata Tak Maksimal Akibat Pandemi

Wisata, tradisi balap kerbau Makepung di kawasan Pengambengan, Jembrana, Bali, Rabu (23/2/2022). (An

KBR, Jakarta— Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan, sektor pariwisata  paling terpuruk selama pandemi Covid-19. Sehingga hal itu membuat investasi di sektor pariwisata pun tidak maksimal.

“Dibandingkan investasi yang lain bahwa sektor pariwisata belum maksimal. Ini penyebabnya adalah covid 2020, 2021 kemudian di 2019 terjadi tahun pemilu,” kata Bahlil dalam Forum Ekonomi Merdeka, Senin (28/2/2022).

Bahlil menyebut sebenarnya Indonesia diuntungkan dengan potensi investasi sektor pariwisata yang tersebar di beberapa provinsi.

Seperti Bali dan Nusa Tenggara Barat menyumbang nomor satu yakni sebesar 39 persen. Kemudian daerah Jawa 36 persen, Sumatra 17 persen, Sulawesi 4 persen dan Kalimantan hampir 2 persen.

Baca Juga:
Bahlil Targetkan Raup Rp250 Triliun Investasi Baru dari Acara TIIWG G20
KADIN: 2022 Momentum Kebangkitan Industri Besi dan Baja

Tidak hanya itu investasi di sektor pariwisata ini juga diklaim banyak menciptakan lapangan pekerjaan.

Multiplier effect-nya banyak sekali,” katanya.

Bahlil mengatakan, pemerintah telah berupaya membangkitkan sektor pariwisata melalui pemberian berbagai insentif.

Kata dia, hal itu dalam rangka memberikan ruang yang baik dan kompetitif agar bisa menarik minat investor.

“Harapan kita adalah bagaimana kita mendorong untuk memberikan insentif-insentif yang lebih, dalam rangka menggerakan investasi di sektor pariwisata. Seperti tax allowance, bea masuk, kemudian super deduction tax, maupun insentif-insentif yang lain. Kita memberikan kepada sektor pariwisata tax holiday,” ujar Bahlil. 

Editor: Rony Sitanggang

  • investasi asing
  • Investasi Sektor Pariwisata
  • bahlil

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!