NASIONAL

Radikalisme Dipengaruhi Pergaulan, BNPT Siapkan Sejumlah Langkah

Radikalisme Dipengaruhi Pergaulan, BNPT   Siapkan Sejumlah Langkah

KBR, Jakarta-   Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ahmad Nurwakhid menyatakan potensi radikalisme dan terorisme bisa terjadi karena sejumlah faktor. Dia mencontohkan kebencian, ketidakadilan sosial, sistem pemerintahan yang lemah hingga politisasi agama. 

Kata dia lingkungan juga turut andil dalam membentuk potensi radikalisme seperti pergaulan hingga media sosial yang menjadi sumber temu dengan kelompok radikal hingga donatur aksi terorisme. 

Ahmad mengatakan BNPT mempunyai sejumlah program upaya pencegahan hingga penanggulangan radikalisme dan terorisme.

"Pertama kesiapsiagaan nasional bagi mereka yang belum terpapar, rentan, atau berpotensi terpapar. Kedua strateginya adalah kontraradikalisasi yang diisi oleh kontraideologi, kontrapropaganda dan kontranarasi. Ini ditujukan terutama untuk mereka yang sudah terpapar dari kadar rendah dan menengah. Antipemerintah yang sah, intoleransi, eksklusif, antibudaya lokal, antitradisi dan kearifan lokal dan sebagainya. Melalui format moderasi beragama," kata Ahmad saat diskusi daring di kanal Youtube PBNU, Selasa (30/3/21).

Terakhir kata dia pemerintah punya program deradikalisasi untuk mengurangi hingga mengembalikan paham radikal menjadi moderat. Sasarannya adalah tersangka, terdakwa, terpidana, narapidana hingga mantan narapidana yang berpaham radikal.

Sebelumnya ledakan bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulsel,  Minggu (28/03).  Akibat ledakan setidaknya 20 orang terluka. 

Polisi memastikan pelaku merupakan dua orang suami-istri dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). 

Editor: Rony Sitanggang

  • JAD
  • Densus 88
  • terorisme
  • Lokasi Pelatihan Teroris
  • Polri
  • JI
  • Mabes Polri
  • Teroris

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!