BERITA

(CEKFAKTA) Sandiaga: Hasil Riset Indonesia Tak Sinergi dengan Dunia Usaha

(CEKFAKTA) Sandiaga: Hasil Riset Indonesia Tak Sinergi dengan Dunia Usaha

Pernyataan:

Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengklaim hasil riset di Indonesia tidak sinergi dengan dunia usaha. 

"Yang harus kita fokuskan adalah bagaimana mengkonsolidasikan agar dunia usaha, akademik dan juga pemerintah memiliki satu sinergi karena banyaknya hasil riset dan teknologi ternyata tidak bersambung atau tidak sinergi dengan apa yang dibutuhkan dunia usaha," kata Prabowo Sandi, dalam debat calon wakil presiden 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3/2019).

Data:

Berdasarkan data dari World Intellectual Property Organization (WIPO), pada 2014, Indonesia tercatat memiliki 771 hak paten, 38,497 hak cipta dan 2,650 desain industri. 

Pada 2017, jumlahnya meningkat. Indonesia mendaftarkan 2,320 hak paten, 54,827 hak cipta dan 2,694 desain industri. 

Namun, menurut data WIPO, banyaknya hasil penelitian itu tidak terlalu mempengaruhi Produk Domestik Bruto (GDP). Angka GDP pada 2014 sebesar 2,552.10 USD sedangkan pada 2017 GDP sebesar 2,953.73 USD. 

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut dari banyaknya hasil riset yang sudah dipatenkan, sedikit sekali yang dimanfaatkan pihak industri, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Di Indonesia saat ini 80 persen dana riset masih berasal dari pemerintah. Sedangkan 20 persen dari industri dan swasta. 

LIPI merupakan lembaga yang memberikan kontribusi jumlah Paten tertinggi secara nasional. Dibandingkan dengan lembaga penelitian non kementrian lainnya, kementrian dan universitas di Indonesia, LIPI mempimpin jumlah perolehan Paten terbesar yaitu mencapai 662 paten (data s.d April 2018). Jumlah pendaftaran terbanyak sampai saat ini adalah pada tahun 2017 yaitu sebanyak 159 Paten.

Menurut data Kamar Dagang dan Industri (KADIN), kemampuan riset dan inovasi Indonesia berada di peringkat 74 dari 82 negara. Salah satu masalahnya adalah minimnya alokasi dana untuk riset dan pengembangan sangat didominasi sektor publik (pemerintah). Padahal, menurut KADIN, salah satu kunci keberhasilan dari inovasi adalah jika dunia usaha berada pada barisan terdepan. 

Komentar:

Manajer Advokasi LSM transparansi anggaran FITRA, Ervyn Kaffah mengatakan salah satu problem kegiatan riset di tanah air adalah terbatasnya anggaran riset di anggaran negara. Untuk tahun anggaran 2017, dari total anggaran seluruh Kementerian Lembaga dalam APBN 2017 sebesar Rp500 triliun lebih, besar anggaran untuk riset hanya sekitar 1,1 persen (sekitar Rp 6,1 triliun lebih). 

Dana sebesar Rp6,1 triliun lebih tersebut tersebar di seluruh lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang) Kementerian. 

Ervyn Kaffah mengatakan sepanjang 2018 dan 2019, dana riset nampak jelas mengalami stagnasi, karena proporsinya dari total dana K/L tidak mengalami perubahan hanya sebesar 1,1 persen dari total belanja kementerian lembaga. 

Seknas FITRA mencatat pada tahun 2018, anggaran riset sebesar Rp 24,9 triliun (1,1 persen) dari total anggaran kementerian Lembaga senilai Rp 2.221 triliun. Sementara pada tahun 2019 anggaran riset sebesar Rp. 26,8 triliun (1,1 persen) dari total anggaran K/L sebesar Rp. 2,439 triliun. Rendahnya anggaran riset ini berakibat terbatasnya sumbangan hasil riset untuk menjawab problem di berbagai sektor. 

Sementara itu, Sekjen FITRA Misbah Hasan mengatakan selama 2018, publikasi ilmiah hasil riset Indonesia yang bersertifikasi internasional berjumlah 16.528. Angka itu masih di bawah Malaysia yang berjumlah 17.211, namun lebih tinggi dibanding Singapura 12.528 dan Thailand 9.595. Jumlah publikasi ilmiah Indonesia meningkat sangat pesat dari 5.400 menjadi 16.528 pada 2018. (sumber: Kemenristekdikti 2018) 

Sumber:

https://www.wipo.int/ipstats/en/statistics/country_profile/profile.jsp?code=ID

http://lipi.go.id/paten 

http://www.kadin-indonesia.or.id/id/doc/Roadmap_Pembangunan_Ekonomi_Indonesia_2009_2014.pdf  


  • debat capres
  • debat cawapres
  • Pilpres 2019
  • Pemilu 2019
  • Cekfakta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!