BERITA

BMKG Amati Pengaruh Gerhana Matahari Terhadap Cuaca Lokal

"Tak ada kaitannya dengan tinggi gelombang di Samudera Hindia"

BMKG Amati Pengaruh Gerhana Matahari Terhadap Cuaca Lokal
Petugas BMKG tengah mengamati di taman alat untuk mengetahui cuaca lokal. (Foto: Muhamad Ridlo/KBR)

KBR, Cilacap– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap mengamati pengaruh gerhana matahari terhadap cuaca lokal.

"Kita mengamati suhu udara di taman alat yang ada di kantor meteorologi. Pengamatan kelembapan udara, kita amati hidrometer kenaikan dan penurunannya (suhu dan kelempan) setiap lima menit sekali mulai pukul 06.00 WIB hingga 10.30 WIB," ujar analis BMKG Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan, Rabu (03/09).

Rendy juga mengatakan pengamatan dilakukan mulai tiga hari sebelum gerhana hingga tiga hari setelah gerhana sehingga pengamatan total selama tujuh hari berturut-turut.

Dia menjelaskan, hasil tersebut akan disandingkan dengan data cuaca harian lokal rata-rata, apakah terjadi pengaruh siginifikan atau tidak. Hasil pengamatan akan dirilis pekan depan setelah dilakukan evaluasi.

Rendy menampik gerhana matahari memicu gelombang tinggi di perairan selatan Jawa Tengah yang kini mencapai 2,5 meter di perairan pantai dan empat meter di lepas Samudera Hindia. "Terjadi gelombang tinggi empat meter terjadi di Samudera Hindia,tapi tidak kaitan dengan gerhana matahari. Karena gelombang tinggi dipengaruhi kecepatan angin, tidak terkait dengan gerhana matahari," katanya.

Rendy Krisnawan menambahkan, secara umum gerhana matahari di Kabupaten Banyumas, Cilacap dan Kebumen terpantau jelas oleh masyarakat tanpa alat bantu. Sebab, kondisi cuaca cerah berawan di pagi hari. Sedangkan di Banjarnegara dan Purbalingga, kondisi cuaca berawan hingga hujan ringan.

Editor: Dimas Rizky

  • GMT2016
  • gerhana matahari total

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!