NASIONAL

SAFEnet: Serangan Digital Meningkat dalam 3 Tahun Terakhir

"Serangan digital masih erat kaitannya dengan situasi politik."

Ardhi Ridwansyah

SAFEnet: Serangan Digital Meningkat dalam 3 Tahun Terakhir
Ilustrasi. (Foto: Ivan David Gomez Arce/Flickr/Creative Commons)

KBR, Jakarta - Perkumpulan Jaringan Kebebasan Berekspresi Asia Tenggara SAFEnet mencatat serangan digital selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Serangan digital masih erat kaitannya dengan situasi politik.

Koordinator Penyusunan Laporan Situasi SAFEnet Anton Muhajir mengatakan, sejak 2020 SAFEnet mencatat ada 147 aduan. Kemudian 2021 meningkat jadi 193, dan 2022 melonjak jadi 302 laporan.

Bentuk serangan digital terbanyak pada 2022 yakni peretasan dengan 178 kejadian, diikuti kebocoran data pribadi 40 kasus, dan akun tak bisa diakses 30 kasus.

Kata Anton, serangan digital kerap terjadi saat momen politis seperti ketika wacana presiden tiga periode mengemuka pada April 2022, penolakan kebijakan blokir aplikasi pada Juli 2022, dan pertentangan penambangan di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

“Serangan digital yang paling marak itu tiga di antaranya terkait dengan wacana jabatan presiden tiga kali, ini terjadi di Bulan April. Ketika teman-teman mahasiswa yang melakukan aksi menolak wacana tiga periode Jokowi, itu mendapat serangan digital. Terutama peretasan lewat akun WhatsApp dan akun Instagram-nya. Ini tidak hanya teman-teman Jakarta tapi di luar Jakarta, salah satunya misalnya di Lampung,” kata Anton dalam Diskusi Publik dan Peluncuran Laporan Situasi Hak-Hak Digital Indonesia 2022, Jumat (24/2/2023).

Baca juga:

Dalam laporam SAFEnet tersebut, serangan digital pada tahun 2022 banyak menyasar kalangan kritis seperti aktivis, jurnalis, media, dan organisasi masyarakat sipil. Persentasenya mencapai 42,81 persen dari 326 korban.

Secara persentase, jumlah itu turun dibanding tahun 2021 yakni 58,95 persen. Namun secara angka, jumlahnya naik dari 114 menjadi 140 orang.

”Ini dari sisi persentase memang turun, dibanding tahun 2021 tetapi angkanya naik. Itu tetap mengindikasikan bahwa kelompok kritis di Indonesia menjadi salah satu kelompok yang rentan terhadap serangan digital,” ucap Anton.

Editor: Wahyu S.

  • serangan digital
  • safenet
  • Tahun Politik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!