NASIONAL

Jaga Stabilitas Ekonomi, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

Jaga Stabilitas Ekonomi, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 3,5 Persen

KBR, Jakarta - Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 9-10 Februari 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5 persen, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 4,25 persen, " kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi pers daring, Kamis (10/2/22).

Perry mengatakan, keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi.

"Termasuk upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat," ungkapnya.

Bank Indonesia, lanjut Perry, juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut, melalui berbagai langkah.

"Di antaranya dengan memperkuat kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan mekanisme pasar dan fundamental ekonomi," jelas dia.

BI juga mempertegas normalisasi kebijakan likuiditas yang diumumkan pada tanggal 20 Januari 2022 melalui Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah.

Selain itu BI juga memberikan insentif bagi bank-bank yang menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas dan UMKM dan/atau memenuhi target Rasio Pembayaran Inklusif Makroprudensial (RPIM) berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan GWM Rupiah rata-rata sampai dengan sebesar 1 persen, berlaku mulai 1 Maret 2022.

Langkah BI lainnya, kata Perry, adalah meningkatkan limit transaksi QRIS dari semula Rp5 juta menjadi Rp10 juta per transaksi, berlaku sejak 1 Maret 2022.

"Peningkatan limit transaksi ini untuk mendorong konsumsi masyarakat dalam rangka mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.

BI Pastikan Kurs Rupiah Terjaga

Selain itu, Bank Indonesia juga memastikan kurs, atau nilai tukar rupiah terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat. Per 9 Februari 2022, nilai tukar rupiah menguat 0,17 persen secara point to point terhadap Dolar Amerika Serikat.

Namun, lanjutnya, rupiah masih melemah 0,27 persen secara rerata dibanding level Januari 2022.

"Perkembangan nilai tukar Rupiah tersebut ditopang oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing dan pasokan valas domestik, persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, serta langkah-langkah stabilisasi nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia. Dengan perkembangan ini, rupiah sampai dengan 9 Februari 2022 mencatat depresiasi rendah sekitar 0,73 persen year to date dibandingkan dengan level akhir 2021," jelas Perry Warjiyo.

Ia menambahkan depresiasi rendah tersebut juga sejalan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina, India dan Korea Selatan.

Ke depan, tambahnya, nilai tukar Rupiah diperkirakan bakal tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang berlanjut.

"Bank Indonesia bakal terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi. Yakni melalui langkah-langkah mendorong efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar," pungkas Perry Warjiyo.

Berita lainnya:


Editor: Kurniati Syahdan

  • suku bunga acuan
  • Bank Indonesia
  • kurs
  • nilai tukar rupiah
  • BI 7 Day Reverse Repo Rate

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!