NASIONAL

Ekonom Minta Pemerintah Gerak Cepat Antisipasi Kenaikan Harga Pangan Jelang Puasa-Lebaran

"Lemahnya intervensi pemerintah ke dalam mekanisme pasar distribusi bahan pangan, membuat beberapa kebutuhan mendasar masyarakat mengalami kenaikan, bahkan sejak awal Februari ini."

Sadida Hafsyah

harga komoditas
Pedagang di pasar tradisional Lambaro Kabupaten Aceh Besar, Selasa (22/2/2022). Harga sejumlah komoditas mulai naik termasuk cabai. (Foto: ANTARA/Ampelsa)

KBR, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira merekomendasikan beberapa langkah antisipasi kenaikan harga bahan pangan, menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Bhima mengatakan pemerintah perlu cepat mengambil sikap, sebab harga bahan pangan sudah mulai bergerak naik sejak awal Februari.

"Ada dua cara yaitu cara jangka pendek yang juga cara jangka panjang. Cara jangka pendek yang perlu dilakukan saat ini adalah memastikan dulu semua stok, terutama berbicara dengan para importir untuk mengamankan pasokan atau stok bahan baku pangan sampai dengan selesai lebaran. Yang kedua yang paling penting adalah langkah jangka panjang. Termasuk peran Bulog dan juga meningkatkan porsi dari substitusi impor di dalam negeri," kata Bhima saat dihubungi KBR, Kamis (24/2/2022).

Bhima Yudhistira menjelaskan beberapa komoditas memang secara rutin mengalami kenaikan setiap momentum atau menjelang bulan puasa dan lebaran.

"Hampir sebagian besar komoditas ita bisa bilang minyak goreng, kemudian komoditas dari tahu tempe, kedelai, ada juga komoditas dari jagung, kemudian daging sapi, ayam, dan telur. Bahkan cabai pun juga beresiko mengalami kenaikan," ujarnya.

Baca juga:


Menurut Bhima, lemahnya intervensi pemerintah ke dalam mekanisme pasar distribusi bahan pangan, membuat beberapa kebutuhan mendasar masyarakat mengalami kenaikan, bahkan sejak awal Februari ini.

Ia menyayangkan ketidaksiapan pemerintah mengatasi kenaikan harga kedelai. Ketergantungan negara pada impor kedelai seharusnya mulai dikurangi dengan lebih banyak memberdayakan petani lokal untuk memproduksi bahan baku tahu dan tempe tersebut.

"Jadi kedelai itu 80 persen kita impor. Harapannya petani-petani lokal lebih bersemangat lagi sehingga porsi impor bisa ditekan tapi ini butuh dukungan melalui subsidi pupuk, inovasi teknologi, regenerasi petani-petani muda, dan juga yang paling penting adalah adanya stabilitas harga jual. Sehingga petani itu tidak kecewa ketika panen kedelai dihargai terlalu murah," ucapnya.

Baca juga:


Editor: Agus Luqman

  • kebutuhan pokok
  • sembako
  • bahan pangan
  • impor pangan
  • idulfitri 2022
  • Ramadan
  • Lebaran 2022

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!