KBR, Jakarta- Kejaksaan agung belum memutuskan nasib kasus penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Juru bicara Kejaksaan Agung, Amir Yanto, mengatakan, berkas perkara Novel sedang didalami dan dipelajari? oleh Jaksa Agung sebagai penuntut yang tertinggi di Kejaksaan Agung.
"Jadi sampe sekarang belum ada (keputusan). Masih tetap tiga opsi itu. Kemungkinan masih bisa dilimpahkan kembali atau kalau tidak cukup bukti dihentikan penuntutannya, atau mungkin ada kepentingan umum deponering," kata Juru bicara Kejaksaan Agung, Amir Yanto kepada KBR, Rabu (10/02/16).
Amir melanjutkan, "tapi kan sekarang baru ditelaah, belum ada keputusan."
Juru bicara Kejaksaan Agung, Amir Yanto, mengatakan, pemeriksaan berkas Novel diambil alih sepenuhnya oleh Jaksa Agung. Pemeriksaan berkas Novel sudah tidak ditangani Jaksa Penuntut Umum (JPU) dan Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Umum (Jampidum).
Sebelumnya Presiden Joko Widodo memerintahkan kejaksaan agung segera menyelesaikan kasus Novel Baswedan, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto. Juru bicara Presiden Jokowi, Johan Budi mengatakan, kasus-kasus tersebut dinilai telah terlalu lama dan menimbulkan perdebatan di publik.
"Kalau berkaitan dengan perkara AS, BW dan Novel, itu tadi sudah ada kesimpulan akan segera diselesaikan. Nah apa kesimpulannya nanti, apakah deponering apakah berkaitan dengan SKPP, itu nanti diserahkan kepada Kejaksaan Agung" kata Johan Budi di Istana Kepresidenan, Kamis (4/2/2016).
Atas perintah itulah kemudian kejaksaan agung menarik berkas kasus dari pengadilan negeri Bengkulu. Sedianya kasus Novel ini akan disidangkan pada 16 Februari ini.
Penyidik senior KPK Novel Baswedan disangka melakukan tindak pidana penganiayaan yang
mengakibatkan luka berat seseorang di Pantai Panjang Ujung, Kota
Bengkulu. Dia dituduh bertanggungjawab atas penembakan terhadap enam
pelaku pencurian sarang burung walet di Bengkulu pada 2004. Saat itu
Novel menjabat sebagai Kasatserse Kepolisian Bengkulu. Dalam kasus ini
Novel sebagai atasan mengambilalih tanggungjawab atas kekerasan yang
dilakukan anak buahnya. Novel juga telah menjalani sidang etik dengan
sanksi teguran.
Kasus Novel Baswedan muncul setelah terjadi
perseteruan antara KPK dan Mabes Polri yang dikenal dengan istilah Cicak
Buaya jilid 2. KPK pada 2012 tengah menyidik dugaan korupsi simulator
Surat Izin Mengemudi dengan tersangka jenderal bintang dua Dirlantas
Mabes polri Djoko Susilo. Tiba-tiba kepolisian menjadikan Novel Baswedan
koordinator Tim KPK dalam kasus simulator sebagai tersangka
penganiayaan sewaktu masih bertugas di kepolisian Bengkulu pada 2004.
Editor: Rony Sitanggang