BERITA
Kantong Berbayar, Tom Lembong Bawa Kantong Plastik Sendiri
KBR, Jakarta– Menteri Perdagangan Thomas Lembong menyebut kebijakan kantong plastik berbayar sebagai kebijakan yang modern dan progresif. Tom mengatakan, jika berbayar, kesadaran konsumen terhadap dampak lingkungan dari kantong plastik akan tumbuh. Dia juga selalu membawa selembar kantong plastik di dalam tas ke mana pun dia pergi.
“Menurut saya itu kebijakan yang modern dan sangat progresif, karena kantong plastik itu juga ada ongkos lingkungan hidup. Kota-kota yang paling maju memang menerapkan kebijakan itu, karena mengangkat perhatian kita terhadap kantong plastik. Kalau gratis kan kita enggak mikirin. Kalau ditagih, ada cost-nya. Saya selalu membawa kantong plastik, karena saya pikir kenapa enggak dipakai dua kali, tiga kali, empat kali?,” kata Tom di Hotel Shangri La, Kamis (25/02/16).
Tom mengatakan, kebijakan kantong plastik berbayar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab lingkungan. Tom berujar, kantong plastik memang menawarkan kepraktisan bagi penggunanya. Namun, kata dia, kepraktisan itu harus dibarengi tanggung jawab untuk menggunakannya berulang kali.
Tom lantas menunjukkan lipatan selembar kantong plastik dari dalam tasnya. Dia mengatakan, di dalam tasnya selalu ada kantong plastik yang dibawa ke mana pun dia pergi. Kata dia, itulah adalah salah satu cara memaksimalkan penggunaan kantong plastik.
Pekan lalu, pemerintah telah mengujicobakan pewajiban kantong plastik berbayar pada toko retail. Kantong plastik itu dihargai minimal Rp 200 per lembarnya. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menargetkan uji coba itu selama enam bulan. Jika uji coba itu berhasil, kewajiban kantong plastik berbayar akan diatur dalam Peraturan Menteri.
Editor: Malika
- Menteri Perdagangan Thomas Lembong
- plastik berbayar
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!