NASIONAL

Epidemiolog: Langkah Pemerintah Kendalikan Covid-19 Kurang Berkualitas

Kendalikan Covid-19 Kurang Berkualitas

KBR, Jakarta - Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menilai, upaya pemerintah mengendalikan pandemi Covid-19 kurang berkualitas.

Menurutnya, banyak upaya dilakukan tapi tidak berdampak signifikan pada pengendalian pandemi. Seharusnya pemerintah lebih serius dengan cara meningkatkan standar dan kualitas langkah preventif terhadap lonjakan kasus yang dapat terjadi di Indonesia.

"Tiga T (testing, tracing, treatment) contohnya. Kalau dalam Omicron seperti sekarang mestinya sebagian besar testing kita itu adalah PCR. Ini 70-80 persen testing diagnostik kita itu adalah antigen. Itu kualitasnya jelek antigen. Jadi banyak yang dilakukan tapi tidak berkualitas. Untuk apa? Persoalannya adalah kita merasa sudah melakukan banyak hal tapi kualitasnya tidak ada," ujar Masdalina kepada KBR (24/1/22).

Masdalina mengatakan, tes antigen kurang maksimal dalam mendeteksi infeksi Covid-19 pada masyarakat. Seharusnya pemerintah meningkatkan kualitas ini untuk mendapatkan data yang utuh mengenai penularan Covid-19, khususnya Omicron di Indonesia. Sehingga langkah penanganan yang diambil dapat disesuaikan dengan baik.

Selain tes deteksi Covid-19, pelacakan yang dilakukan di tengah meningkatnya kasus Omicron juga dinilai masih perlu diperbaiki. Pemerintah tak selalu memanfaatkan tenaga ahli epidemiolog dalam melakukan pelacakan. Akibatnya, lonjakan kasus diprediksi akan kembali terjadi.

"Kami di Satgas dalam dua periode puncak kasus itu menurunkan banyak tracer menggunakan pola standar epidemiologi. Yang pertama mampu menurunkan sampai dengan 15-16 minggu bervariasi di masing-masing wilayah. Itu di bulan November sampai dengan Maret 2021, Delta sudah masuk. Naik cukup tinggi kemudian menurun secara sistematik, kita berjibaku untuk mengendalikannya. Tapi belum selesai itu kita lakukan, program dihentikan Kemenkes, digantikan Babinkamtibmas. Sekali lagi saya katakan kualitas. Setelah 3 bulan, kasus melonjak tinggi," tutur dosen mata kuliah Epidemiologi, dan Manajemen Perbekalan Kesehatan di Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan ini.

Baca juga:

- Menkes Klaim Kenaikan Kasus Omicron Sesuai dengan Antisipasi Pemerintah

- Waspada, Puncak Kasus Omicron Terjadi Februari - Maret Nanti

Sembari menunggu pemerintah memaksimalkan langkah pengendalian Covid-19, masyarakat harus secara mandiri disiplin mematuhi protokol kesehatan. Begitu pula ketika mengalami gejala Covid-19, segera menghindari kerumunan dan mengobati gejala yang muncul.

"Cukup banyak informasi yang beredar di media sosial, kalau masyarakat datang ke pusat pelayanan kesehatan akan di-Covid-kan. Padahal ada untungnya juga nggak buat kita mengcovidkan orang. Hal-hal seperti itu yang jadi PR. Gimana agar masyarakat kalau ada gejala walaupun ringan, segera dites. Kemudian kalau mereka kontak dengan kasus konfirmasi, maka dia harus karantina," kata pakar epidemiologi ini.

Editor: Fadli Gaper

  • Omicron
  • Masdalina Pane
  • Epidemiolog

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!