RUANG PUBLIK

Menyongsong Revolusi Industri 4.0: Manusia vs Robot

"Menurut prediksi McKinsey Global Institute, pada tahun 2030 akan ada sekitar 800 juta pekerja global yang menganggur karena tergantikan oleh robot."

Adi Ahdiat

Menyongsong Revolusi Industri 4.0: Manusia vs Robot
Ilustrasi pekerja industri garmen. (Foto: Setkab.go.id)

KBR- Revolusi Industri ke-4, yang sering juga disebut dengan “Industri 4.0”, memang merupakan tema yang masih jarang dibicarakan publik. Namun, dalam beberapa tahun mendatang istilah ini boleh jadi akan semakin populer, karena penerapannya bisa berdampak langsung pada hajat hidup orang banyak. 

Di Indonesia, wacana tentang Revolusi Industri 4.0 telah digaungkan sejak beberapa tahun lalu. Namun, baru di awal 2019 Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, mengumumkan rencana peluncuran Indonesia Industry 4.0 Readiness Index dalam waktu dekat. 

Indeks tersebut nantinya akan digunakan pemerintah untuk menilai kesiapan Indonesia dalam memasuki era Industri 4.0. Hasil penilaian indeks juga akan digodok menjadi sejumlah strategi dan kebijakan untuk mendorong transformasi industri dalam negeri. 

Tak hanya Indonesia, negara-negara lain di dunia juga menyiapkan diri untuk menghadapi Revolusi Industri ke-4. Berbagai forum juga digelar untuk membahasnya, di antaranya pada World Economic Forum (WEF) Annual Meeting 2019 digelar di Davos, Swiss, Selasa (22/01/2019). 

Forum yang membahas tema “Shaping a Global Architecture in the Age of the Fourth Industrial Revolution itu sebagaimana dilansir situs resmi WEF, salah satu tujuannya ialah mempersiapkan agenda regional dan global untuk memasuki Revolusi Industri ke-4.

Pertanyaannya, transformasi seperti apa yang akan terjadi di era Industri 4.0?

Revolusi Industri ke-4

Sepanjang sejarahnya, dunia telah empat kali mengalami revolusi industri. Dan setiap kali revolusi terjadi, kehidupan masyarakat di berbagai negara mengalami perubahan drastis.

Revolusi industri pertama terjadi pada abad ke-18 berkat penemuan mesin uap dan kereta api. Inilah pertama kalinya dunia industri mengalami peralihan dari yang awalnya menggunakan tenaga manusia dan hewan menjadi tenaga mesin.

Revolusi kedua kemudian terjadi pada abad ke-19, ditandai dengan penemuan listrik, alat komunikasi, industri kimia, serta minyak bumi. Di periode ini penggunaan mesin dalam dunia manufaktur semakin meluas, sehingga mulai muncul perusahaan-perusahaan yang memiliki daya produksi berskala besar.

Setelah itu, revolusi ketiga terjadi pada abad ke-20 berkat penemuan komputer, internet dan juga telepon genggam. Meski berhasil melahirkan banyak jenis bisnis baru, revolusi ini juga menimbulkan shock untuk beberapa kalangan. Indonesia sendiri pernah menyaksikan bagaimana revolusi internet sempat menimbulkan gesekan antara industri transportasi konvensional dengan transportasi online.

Dan sekarang, belum sampai satu abad sejak internet ditemukan, dunia dikabarkan telah sampai lagi pada revolusi industri ke-4. Revolusi ini umumnya dikaitkan dengan perkembangan internet of things, cloud computing, dan artificial intelligence.

Menurut pendapat Federasi Industri Jerman, sebagaimana dijelaskan dalam Perkembangan Keilmuan Teknik Industri Menuju Era Industri 4.0 (2017), Revolusi Industri 4.0 juga dicirikan oleh beberapa hal berikut:

Mesin-Mesin Pintar

Dalam Industri 4.0, berbagai jenis mesin sudah mampu bekerja secara mandiri. Federasi Industri Jerman mencontohkan bahwa kini mesin-mesin manufaktur bisa mengerjakan produksi barang sesuai jadwal tanpa kendali penuh operator.

Karena hampir semuanya bisa dijalankan secara otomatis, industri di era 4.0 bisa meminimalisir kebutuhan tenaga manusia di berbagai mata rantai produksi. 

Kendali Virtual

Dalam Industri 4.0, berbagai urusan bisnis mulai dari produksi barang sampai pelayanan jasa bisa dikendalikan menggunakan teknologi virtual. Dalam dunia manufaktur misalnya, operator mesin pabrik sudah bisa bekerja dari jarak jauh tanpa harus bersentuhan langsung dengan mesin. 

Contoh "kendali virtual" ini juga bisa kita lihat dalam dunia perbankan Indonesia. Saat ini berbagai urusan keuangan sudah bisa dilakukan nasabah secara online tanpa harus datang ke bank. Posisi pekerja perbankan seperti teller atau customer service pun sudah tidak begitu diperlukan.

Industri Berbasis "Big Data"

Federasi Industri Jerman juga menyebutkan bahwa Industri 4.0 sudah mampu memanfaatkan big data. Di era baru ini kemampuan industri dalam memperoleh dan mengolah berbagai jenis data sudah jauh lebih murah, lebih cepat, dan lebih akurat. Dengan begitu proses-proses bisnis seperti pengembangan produk, pemasaran, ataupun customer service juga diperkirakan dapat berkembang jauh dibanding era sebelumnya.

Perkembangan Robot Pekerja

Satu hal lagi yang menjadi ciri penting dari Industri 4.0 adalah perkembangan robot-robot pekerja. Menurut riset Mckinsey Global Institute yang berjudul Jobs lost, jobs gained: Workforce transitions in a time of automation (2017), di era Industri 4.0 mesin-mesin dengan artificial intelligence berpeluang menggantikan banyak jenis profesi.

Setelah meneliti karakteristik 800 jenis profesi di 46 negara, McKinsey Global Institute menemukan bahwa seperlimanya bisa dikerjakan oleh mesin dengan lebih efisien, lebih cepat dan lebih murah.

Dengan demikian, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada sekitar 800 juta pekerja global yang menganggur karena tergantikan oleh robot.

Namun, McKinsey Global Institute juga menyebutkan bahwa hal ini hanya berpotensi terjadi di negara maju. Menurut perhitungan mereka, negara-negara kecil yang tidak memiliki cukup uang untuk menerapkan Industri 4.0 tidak akan terlalu terpengaruh.


(Dari berbagai sumber)

 

  • WEF
  • revolusi industri 4.0
  • industri
  • robot

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!