KBR, Jakarta - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memasang sensor ketinggian air atau water level dan sensor curah hujan di Pulau Sebesi, LampunG Selatan, Lampung. Sensor itu untuk mendeteksi kemungkinan gelombang tinggi sebagai dampak erupsi Gunung Anak Krakatau.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan alat tersebut bisa mengukur ketinggian air hingga 10 meter, karena saat ini, aktivitas Gunung anak Krakatau masih berpotensi menimbulkan gelombang tsunami, dan adanya retakan di lereng gunung yang bisa memicu longsor.
Dengan pertimbangan itu, Pulau Sebesi yang terdekat dengan Gunung Anak Krakatau dipilih sebagai tempat dipasangnya water level. Water level ini nantinya yang akan mengkonfirmasi jika air sudah naik hingga ke Pulau Sebesi.
“Karena lereng gunung itu sudah mulai muncul retakan-retakan dengan getaran retakan itu bisa berkembang menjadi longsor dan potensi, masih potensi memicu tsunami nah kemudian peralatan tadi dipasang di Pulau Sebesi itu terdekat dengan lokasi tersebut,” kata Dwi pada KBR di Jakarta, Kamis (03/01/18).
Dwi menjelaskan, water level bukanlah alat untuk sistem peringatan dini melainkan hanya untuk mengkonfirmasi dan mencocokkan dengan data sensor getaran vulkanik dan tingginya air.
“Namun itu bukan untuk peringatan dini water level itu untuk konfirmasi Apakah air benar-benar sudah sampai Pulau Sibesi. Peringatan dini nya kami berdasarkan kekuatan erupsi kekuatan erupsi yang terekam dari getaran getaran vulkanik, ini kami kan merekam sensor-sensor getaran gempa vulkanik itu. Nah, dari situ kalau sampai mencapai kekuatan katakan 3, 4 skala richter, kami segera memberikan peringatan dini meskipun gelombangnya belum terjadi,” tambahnya.
Dengan water level ini, BMKG bisa menilai dan menginformasikan apakah status peringatan dini tsunami akan dinaikkan, atau bahkan dicabut.
Baca juga:
- BMKG Atur Ulang Seismograf, Getaran Seperti Semut Bisa Terdeteksi
- Pendeteksi Tsunami Buoy Kerap Dirusak, Pemerintah Akan Beralih ke Kabel Bawah Laut
Editor: Kurniati