BERITA

RI-Korea Lanjutkan Kerjasama Pembuatan Pesawat Tempur

RI-Korea Lanjutkan Kerjasama Pembuatan Pesawat Tempur

KBR, Jakarta - Setelah sempat tertunda, akhirnya kerja sama pembuatan pesawat tempur KFX/IFX antara Indonesia dengan Republik Korea resmi diteken hari ini, Kamis (7/1/2016).

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebut pengembangan pesawat tempur KFX (Korean Fighter Xperimental)/IFX (Indonesian Fighter Xperimental) generasi 4,5 merupakan salah satu dari tujuh Program Strategi Nasional untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.


Kata Ryamizard, program pengembangan pesawat tempur yang levelnya berada di atas pesawat tempur F-16 buatan Amerika Serikat itu dilakukan dengan menjalin kerjasama strategis antara RI dengan Republik Korea.


Menurutnya, kerja sama ini akan meningkatkan kualitas hubungan baik antara kedua negara sekaligus meningkatkan kemampuan industri di dalam negeri dalam memenuhi alutsista di dalam negeri.


"Cost sharing 20 persen yang dikeluarkan 1,8 juta won oleh Indonesia. Jadi memang kita harus buat, karena kita adalah negara besar. Kita harus punya kemampuan laut darat dan udara dan harus. Kapan lagi kita bisa buat, kalau beli semua bisa," kata Ryamizard, Kamis (7/1/2015).


Sebagai informasi, penandatanganan Cost Sharing Agreement (CSA) dan Work Asignment Agrement (WAA) antara Kementerian Pertahanan RI, dan Korea Aero Space Industries merupakan tindak lanjut pengembangan pesawat tempur KFX/IFX yang memasuki tahap EMD (Engenering and Manufacturing Development).


Penandatanganan dilakukan oleh Dirjen Potensi Pertahanan Kemhan, Timbul Siahaan dan President and CEO Korea Aero Space Industries, Ha Sung Yong yang dihadiri oleh Menteri Pertahanan RI dan Menteri DAPA Republik Korea.


Editor: Agus Luqman 

  • Alutsista
  • TNI
  • Kementerian Pertahanan
  • Korea Selatan
  • pesawat tempur

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!