NASIONAL

Pap Smear, Cara Efektif Cegah Kanker Serviks

"Penyakit kanker serviks menjadi penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks. Dan berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia YKI, di Indonesia, tiap satu jam, ada nyawa yang terenggut"

Pap Smear, Cara Efektif Cegah Kanker Serviks
Pap Smear, Kanker Serviks

KBR, Jakarta - Penyakit kanker serviks menjadi penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal akibat kanker serviks. Dan berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia YKI, di Indonesia, tiap satu jam, ada nyawa yang terenggut akibatnya .Seseorang bisa terkena penyakit ini karena inveksi virus Human Papilloma Virus HPV. 


Bagaimana mencegahnya agar hal ini tidak menimpa banyak wanita?


Menurut Dokter Ika Sri Purnamaningsih, pap smear atau screening adalah cara yang paling efektik untuk mencegah terjadinya atau menyebarnya kanker serviks. Pap smear adalah langkah pengujian medis dengan metode screening untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan pada leher rahim. 


Jika ada, maka sel-sel yang terlihat tidak normal, bisa segera diangkat. Pap smear bisa dilakukan kapan saja, kecuali pada saat haid, sampai pada usia 70 tahun. 


”Bagi wanita yang sudah pernah berhubungan seksual, berapun usianya wajib melakukan hal ini setahun sekali. Karena orang yang sudah berhubungan seksual sudah terpapar resiko mendapat virus HPV, yang dibawa pasangan melalui hubungan intim tadi. Kalau daya tahan tubuh kita, lemah, maka kontak dengan orang yang terkena virus HPV akan mengubah sel dalam tubuh dan berkembang menjadi kanker seviks.” ujar dokter Ika saat berbincang bersama KBR pada program Klinik KBR. Selasa (20/1) pagi.


Kanker serviks adalah suatu proses keganasan atau kanker yang terjadi pada serviks atau mulut / rahim rahim, yang merupakan bagian bawah dari rahim, yang letaknya ada diujung dalam vagina.


Untuk orang yang terkena virus HPV type jinak, akan muncul semacam kutil pada kelamin, tapi kalau sudah parah, maka kutil tadi akan menjalar ke rahim dan menjadi kanker. 


Nah, ironisnya, jika sudah tahap stadium 4, vagina sudah penuh dengan tumor, sehingga tak bisa dilakukan operasi lagi, karena sudah menyebar ke organ sekitar.


Menurut dokter Ika, kanker serviks ini tidak ada gejala, ketika sudah ketahuan, kebanyakan pasien sudah menderita tahap stadium lanjut, jadi tak banyak yang bisa dilakukan, karena tingkat ketahanannya rendah.


“Yang membawa pasien datang ke dokter biasanya karena terjadi pendarahan pada vagina pasca senggama . Kenapa itu terjadi? Karena kanker itu bersifat seperti benjolan yang jaringannya sudah mati atau rapuh, jadi pada saat berhubungan intim dan terkena penis, pembuluh darahnya terbuka dan itu yang menyebabkan pendarahan, ” papar dokter Ika.


Selain pendarahan pasca senggama, ada beberapa hal lagi yang bisa menjadi petunjuk kalau seseorang terkena kanker serviks, seperti mengalami keputihan yang tidak normal disertai dengan pendarahan, sering merasakan sakit pada daerah pinggul, sakit saat buang air keci dan ketika menstruasi, darah yang keluar dalam jumlah banyak dan berlebih.


Untuk gejalanya sendiri, kalau masih dalam tahap stadium dua, penderita terlihat tampak baik-baik saja, tapi mengalami anemia, sehingga terlihat pucat. Sedangkan, jika sudah tahap stadium 4, badan akan kurus dan kehilangan nafsu makan.


Untuk menangani masalah ini, Dokter Siti Aisyah Ismail dari Perhimpunan Profesi Kesehatan Muslim Indonesia PROKAMI yang ikut berbincang bersama KBR, juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks sejak awal.


“Jika para wanita melakukan pemeriksaan sejak awal, sangat banyak yang bisa dilakukan untuk menyembuhkannya. Bahkan, dengan pengobatan secara rutin, kanker serviks bisa sembuh total. Di Indonesia, penanganan untuk penyakit ini, cukup baik”, ujar dokter Siti.


Ia mencontohkan, semisal seorang wanita terkena infeksi virus HPV saat berhubungan seksual pertama kali pada usia 18 tahun. Ternyata, virus itu ganas dan mengubah sel sel dalam tubuh. Ketika beranjak usia 20 tahunan, mungkin belum terjadi apa-apa, barulah saat umur 25 tahun, ketahuan. 


Itulah kenapa dalam rentang waktu itu, harus rutin diperiksa melalui pap smear, agar sel-sel yang tidak normal bisa diangkat, agar sembuh.


Sayangnya, menurut dokter Ika, di Indonesia saat ini baru 5 persen saja wanita yang melakukan screening/ pap smear. Padahal, idealnya kemampuan screening untuk hal ini mencapai 80 persen. Ini disebabkan karena belum adanya program khusus yang mewajibkan wanita yang sudah melakukan hubungan seksual menjalani screening. Selama ini, banyak wanita yang enggan melakukan screening, karena tak merasakan keluhan.


Salah satu cara menghindari resiko penularan virus HPV adalah dengan menggunakan kondom saat berhubungan intim, untuk menghindari kontak langsung dengan pasangan. Selain itu, pola hidup sehat dan tidak merokok juga bisa meningkatkan imunitas tubuh sehingga mencegah tertularnya virus HPV.


Sedangkan, untuk pengobatan kanker serviks, sejak 20 tahun lalu sudah tersedia vaksin HPV. Pengunaan vaksin HPV, sebaiknya dilakukan sejak usia 12 tahun dengan 3 kali suntikan, yaitu pada bulan ke-0, 1 dan bulan ke 6. Sekali suntik, biayanya sekitar Rp.700 ribu.


Meski begitu, tidak semua orang yang terinfeksi virus HPV jinak akan sakit, jika imunitas tubuhnya bagus. Sebaliknya, kata dokter Ika, jika sudah mengkonsumsi vaksin HPV, bukan bearti kita akan bebas dari kanker serviks, karena masih banyak virus-virus ganas laiinnya yang belum ada obatnya yang bisa menyerang tubuh kapan saja.


Jadi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Anda tidak mau, kan jika rahim dan kelenjar getah bening Anda akan hilang atau diangkat? Tapi, itulah yang terjadi ketika dilakukan tindakan oprasi pada penderita kanker serviks. Jadi, jangan ragu untuk melakukan pap smear mulai sekarang.


Editor: Antonius Eko 

  • Pap Smear
  • Kanker Serviks

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!