NASIONAL

Menjaga Warisan Pemikiran Gus Dur

"Di akhir tahun, semangat Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid seperti menggema di mana-mana. LIma tahun lalu, Gus Dur meninggal - cendekiawan Muslim besar, sekaligus Presiden keempat Indonesia dan bapak pluralisme Indonesia. Gus Dur membuktikan kalau dia tak"

Menjaga Warisan Pemikiran Gus Dur
Gus Dur, 5 tahun Gus Dur meninggal

KBR, Jakarta - Di akhir tahun, semangat Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid seperti menggema di mana-mana. LIma tahun lalu, Gus Dur meninggal - cendekiawan Muslim besar, sekaligus Presiden keempat Indonesia dan bapak pluralisme Indonesia. Gus Dur membuktikan kalau dia tak sekadar milik NU, tapi juga milik bangsa. Gus Dur telah berhasil pula menginspirasi banyak anak muda di tanah air. 


Salah satunya adalah Savic Ali yang kini mengelola jaringan GusDurians. Ia mengakui betapa besar peran Gus Dur dalam menginspirasi perjalanan intelektualnya. Kata dia, sebagai orang yang dibesarkan dalam tradisi pesantren NU, tak mungkin mengelak dari pemikiran Gus Dur. Apalagi wawasan pemikiran Gus Dur membentang dari tradisi Islam ke tradisi Barat. 


"Gus Dur itu lompatan besar dalam sejarah orang pesantren," kata Savic ali di program Agama & Masyarakat, Rabu (31/12/2014). 


"Gus Dur mewakili dan memimpin lompatan besar ini. Sejak Gus Dur dan pasca Gus Dur, banyak orang orang pesantren yang tadinya "tidak tahu" lantas jadi "menjelajah ilmu."


Menurut Savic, Gus Dur adalah sosok yang cerdas, nyentrik serta sangat dekat dengan kelompok minoritas. Gus Dur juga selalu disandingkan dengan pemikiran terbuka dan toleran terhadap mereka yang berbeda. Dari pemikirannya lah, sejah tahun 1990-an, Islam Indonesia, terutama yang berakar dari tradisi NU, banyak diperkenalkan dengan pemikiran agama yang kritis, humanis dan kontekstual. 


"Setiap pendobrak zaman, selalu kontroversial," kata Savic mengenang Gus Dur. "Banyak mengejutkan di kalangan kyai. Dia punya prinsip dalam konteks hak asasi, perlindungan, kebebasan berpendapat. Ibarat ungkapan, kebenaran tak bisa divoting."


Kerinduan akan sosok Gus Dur mendorong sejumlah anak muda intelektual NU membentuk jaringan yang diberi nama GusDurian. Menurut Savic, jaringan ini bermula dari peristiwa Cikeusik berdarah - ketika orang Ahmadiyah dibunuh di kampung mereka sendiri. Bagi Savic, ini memperlihatkan betapa tipisnya nilai toleransi di negeri ini. Dari prakarsa putri Gus Dur, Alissa Wahid, berdirilah komunitas GusDurian yang mayoritas terdiri dari anak muda. 


Menurut Savic, GusDurians berada di berbagai kota di Indonesia. Organisasinya sendiri tidak terlalu formal dan lebih menekankan pada penyebaran pemikiran Gus Dur. Jaringan ini aktif melakukan pengenalan dan diskusi berbagai pemikiran dengan generasi muda. 


"Jangan sampai pemikiran Gus Dur berhenti di kalangan orang-orang yang kenal," pesan Savic. "Kita mau pemikiran Gus Dur diketahui, diikuti di generasi berikutnya."


"Mensyiarkan pandangan dengan menggunakan 'medium' Gus Dur juga lebih mudah, karena Gus Dur menulis dengan banyak argumennya yang kadang sederhana."


Jaringan GusDurian juga aktif melakukan advokasi jika terjadi pelanggaran HAM, seperti untuk kasus penutupan gereja GKI Yasmn dan penyerangan terhadap komunitas Syiah di Sampang. Menurut Savic, sosok seperti Gus Dur harus direplikasi sebanyak mungkin. 


"Pemikiran Gus Dur sangat relevan dengan kekinian Indonesia yang terus dibanjiri oleh paradigma yang tunggal dan sempit."


Editor: Citra Dyah Prastuti 


  • Gus Dur
  • 5 tahun Gus Dur meninggal
  • Toleransi
  • petatoleransi_06DKI Jakarta_biru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!