KBR68H, Jakarta - Lembaga Advokasi Buruh Nike, Educating for Justice, menilai perusahaan perlengkapan olahraga Nike belum mensejahterakan buruhnya.
Direktur Educating for Justice Jim Keady mengatakan,
keuntungan Nike di tahun 2012 mencapai Rp22 triliun. Namun upah buruhnya
masih berkisar Rp1,2 juta atau kurang dari 150 dolar.
"Di
sukabumi dengan angka upah Rp1,1 juta. Buruh harus banyak mengeluarkan
biaya seperti kamar Rp250 ribu per bulan, beli minum Rp25 ribu, belum
transportasi yang bisa mencapai Rp350 ribu. Sisanya Rp600 ribu, darimana
mereka harus makan?" kata Jim.
Direktur Educating for Justice, Jim Keady menambahkan, Nike mempekerjakan 1,1 juta buruh di 912 pabrik di 47 negara. Perusahaan itu mampu memproduksi sepatu dengan berbagai macam model sebanyak 50 ribu pasang tiap tahunnya.
James menyebutkan, sekira 31 persen penguasaan pasar Nike di dunia, melebihi penguasaan pasar Reebok dan Adidas.
Nike memiliki 40 pabrik di Indonesia dengan buruh mencapai lebih dari 700 ribu orang, yang menyerap pekerja paling banyak diantara perusahaan Nike lainnya.
Jim Keady menyebut praktik upah murah yang dilakukan Nike sebagai sweatshop atau pabrik pemeras keringat buruh. Educating for Justice merupakan LSM yang berbasis di Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun Jim Keady bolak-balik Amerika-Indonesia.