KESEHATAN

Bisakah Kecacatan akibat Stroke Dicegah?

"Stroke menjadi penyebab kecacatan yang berada di urutan ketiga di dunia."

Cornelia Wendelina

Dokter Spesialis Penyakit Saraf dari PERDOSSI Adre Mayza di Ruang Publik KBR
Dokter Spesialis Penyakit Saraf dari PERDOSSI Adre Mayza di Ruang Publik KBR

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut 3 dari 1.000 orang berisiko mengalami stroke tiap tahunnya. Stroke juga menjadi penyebab kecatatan dan kematian tertinggi di Indonesia pada 2014. Sebanyak 15 persen penderita stroke berisiko meninggal dunia sedangkan 65 persen mengalami kecacatan.

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Saraf Konsultan Neuro Trauma dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Adre Mayza, penyakit stroke bukan saja masalah lokal, melainkan juga masalah global. Stroke menjadi penyebab kecacatan yang berada di urutan ketiga di dunia berdasarkan data WHO di tahun 2020.

Di Indonesia, pemberian layanan untuk kecacatan akibat stroke masih kurang optimal. Namun, Adre mengatakan tindakan pencegahan kecatatan akibat stroke yang mesti diutamakan.

“Strokenya yang perlu kita cegah. Nah itulah yang perlu kita bangun, intervensi pelayanan stroke dari tingkat bawah, dari tingkat pencegahan di tingkat puskesmas, di tingkat keluarga. Kemudian baru kita perbaiki tingkat layanan di rumah sakit,” ujar Adre dalam talkshow Ruang Publik KBR yang disiarkan saluran Youtube Berita KBR pada Kamis (3/11/2022).

Lebih jauh Adre menjelaskan, tindakan yang dilakukan dalam menangani stroke sudah banyak dikembangkan di institusi-institusi. Edukasi mengenai pencegahan stroke juga sudah dilakukan di tingkat keluarga yang menjadi sasaran utama.

Lalu bisakah kecacatan akibat stroke dicegah? Bagaimana cara mencegahnya?

Simak penjelasan lengkap dr. Adre Mayza, Sp.S(K) di podcast Ruang Publik KBR episode Bisakah Kecacatan Akibat Stroke Dicegah? yang dapat didengarkan di KBRPRIME.id dan platform mendengarkan podcast lainnya.

  • Stroke
  • Kesehatan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!