DARI POJOK MENTENG

[Advertorial] Keluarga Besar Pengayoman Beri Bantuan bagi Korban Bencana Palu

"“Banyak dari petugas yang mengalami kecemasan (unsietas) karena gempa, misal mendengar suara pintu atau pintu bergerak, langsung panik”"

Paul M Nuh

[Advertorial] Keluarga Besar Pengayoman Beri Bantuan bagi Korban Bencana Palu

KBR, Jakarta- Keluarga Besar Pengayoman melalui Direktorat Jenderal Pemasyarakatan memberikan Bantuan kepada lapas dan rutan. Bantuan itu berupa dukungan teknis dalam upaya penguatan layanan dasar dan kesehatan bagi petugas serta sembako dan pakaian layak pakai kepada masyarakat. Kegiatan dipimpin oleh Kepala bagian Pengelolaan BMN dan Umum, Bambang Rantam Sariwanto

Turut hadir pada kegiatan tersebut, tokoh masyarakat yang juga Ketua Majelis Zikir Al Khaerot Habib Sholeh, perwakilan Desa Mpanau, Kecamatan Biromaru dan perwakilan masyarakat Desa Petobo. Mereka menerima bantuan atau donasi dari perwakilan Kementerian Hukum dan HAM RI dan Kepala Unit Pelaksana Teknis di Wilayah Sulawesi Tengah.

red


Hilangkan Trauma Pasca Gempa di Palu, Ditjen PAS Terjunkan TIM Psikolog

Pasca Bencana Gempa Bumi yang mengakibatkan tsunami dan likuifaksi di Palu Sulawesi Tengah, menimbulkan trauma bagi masyarakat Palu termasuk petugas pemasyarakatan. Selain bantuan materi, Keluarga Besar Pengayoman juga memberikan bantuan dalam bentuk dukungan psikososial melalui trauma healing kepada petugas pemasyarakatan.

Winanti, salah satu Psikolog pada Lapas Cipinang Jakarta yang turut memberikan dukungan psikososial menyampaikan, masih ada beberapa petugas yang memang benar-benar mengalami trauma mendalam akibat gempa dan tsunami.

“Banyak dari petugas yang mengalami kecemasan (unsietas) karena gempa, misal mendengar suara pintu atau pintu bergerak, langsung panik,” terangnya.

Metode yang digunakan dalam menangani kecemasan yang masih dialami oleh petugas, menurut Wirranti, bisa melalui Hipnoterapi Konvesional atau Hipnotis dengan menutup mata dan Awake Hipnoterapi atau hipnotis dengan mata terbuka. Kali ini tim psikolog yang diterjunkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan adalah Awake Hipnoterapi.

“Mereka (petugas), kami hipnoterapi melalui awake hipnoterapi. Tapi memang tidak banyak karena mungkin mereka malu dan tempatnya juga mungkin harus tertutup. Juga sepertinya harus dibuatkan posko khusus untuk penanganan trauma jadi memang penanganan trauma itu membutuhkan waktu,” lanjut Winanti.

Petugas yang mengikuti kegiatan tersebut berjumlah lebih kurang 50 orang, berasal dari Lapas Kelas II A Palu, Lapas Perempuan Palu, LPKA Palu, Rutan Kelas II A Palu, Bapas Palu dan Rupbasan Palu. Kegiatan dibagi menjadi 2 gelombang. Gelombang pertama dipusatkan di Lapas Kelas II A Palu pada 3 desember 2018 dan gelombang kedua pada 4 desember 2018 dipusatkan di Rutan kelas II A Palu.

 

  • ditjen lapas

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!