KABAR BISNIS

Indonesia Economic Outlook 2023 Forum: Maximizing Indonesia’s Economic Momentum

"Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dunia, menyebabkan pengetatan kebijakan moneter, timbulnya potensi krisis utang dunia dan naiknya inflasi global."

Indonesia Economic Outlook 2023 Forum

KBR, Jakarta - Bertempat di Auditorium Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI, Indonesia Economic Outlook 2023 Forum dibuka dengan welcoming remarks oleh Bapak Abdurrahman sebagai PLT Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal.

Welcoming remarks-nya Abdurrahman menyorot dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian dunia, seperti pengetatan kebijakan moneter, timbulnya potensi krisis utang dunia dan naiknya inflasi global. Abdurrahman menyinggung juga soal ekonomi hijau dan ancaman perubahan iklim terhadap ekonomi dunia. Abdurrahman berharap event seperti IEO 23 Forum bisa menjadi forum diskusi yang efektif yang membahas kondisi perekonomian sekarang dan akan datang.

Selanjutnya Forum menghadirkan keynote speaker James Walsh, IMF Senior Resident Representative untuk Indonesia. Walsh membahas rendahnya permintaan global, kenaikan inflasi yang persisten dan kondisi keuangan yang sulit yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini tentu sangat berdampak pada upaya perekonomian Indonesia untuk bangkit. Walsh menyoroti masalah dasar yang dihadapi Indonesia, yaitu harga barang impor dan BBM yang meningkat. Namun, Walsh memberikan apresiasi dan kredit yang besar bagi Kementerian Keuangan RI karena sudah membuat kebijakan fiskal yang tetap bijak selama pandemi dengan tidak mengalokasikan dana di area yang tidak produktif dan tetap mengayomi masyarakat yang berada di taraf kemiskinan.

Sesi diskusi menjadi rangkaian acara selanjutnya. Diskusi menampilkan empat pembicara. Pembicara pertama, Said Zaidansyah, Asian Development Bank Deputy Country Director Indonesia membahas green economy sebagai sistem ekonomi yang berusaha mengurangi kerusakan lingkungan dan kelangkaan ekologis. Pembicara berikutnya adalah Medrilzam, director for environmental affairs BAPPENAS menjelaskan, bahwa BAPPENAS sudah mempunyai roadmap yang jelas untuk mengimplementasikan green economy dalam jangka panjang.

Paparan selanjutnya disampaikan oleh Albertus, Analis dari Climate Policy Initiative (CPI) yang membahas proyek hijau dalam perspektif yang berbeda. Menurutnya tidak semua proyek hijau itu revenue generated program. Meskipun memiliki potensi bisnis, kendala seperti kesiapan tenaga kerja dan teknologi serta permintaan yang masih sedikit karena harganya yang cukup tinggi, menjadi hambatan yang perlu diperhatikan.

Pembicara keempat, hadir mewakili perspektif pasar, Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas, Telisa Falianty. Menurut Telisa, meningkatkan kualitas ekosistem dan menjadikan ekosistem yang lengkap akan menarik minat investor dan pihak swasta untuk mencanangkan green economy. Momentum saat ini merupakan sebuah peluang bagi Indonesia untuk menerapkan ekonomi hijau. Dengan demikian, ekonomi hijau harus memiliki value added-nya tersendiri.

Indonesia Economic Outlook 2023 Forum menghadirkan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani untuk menyampaikan closing remakrs. Sri Mulyani menyampaikan bahwa Pandemi Covid-19 merupakan the first shocked yang dialami Indonesia.

Tantangan berikutnya untuk counter cyclical yaitu climate change, krisis energi dan pangan, serta inflasi yang tinggi. Global crisis menjadi The Next Shocked bagi Indonesia. Kedua fenomena shocked tersebut menyebabkan disrupsi terhadap sisi demand dan supply. Tentunya kita tidak bisa melakukan pemulihan yang lebih cepat. Dalam hal ini, kementerian keuangan mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki keadaan shock.

Baca juga: Economic Outlook 2023, Airlangga: Waspadai Inflasi - kbr.id

  • adv
  • pandemi covid-19
  • green economy
  • ekonomi global
  • kebijakan moneter
  • kebijakan fiskal

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!