KABAR BISNIS

7 Risiko terhadap Anak Akibat Pandemi Covid-19

7 Risiko terhadap Anak Akibat Pandemi Covid-19

Save the Childer melakukan survei secara online pada rentang 20-27 April 2020 terhadap 11.989 orang tua/publik, 4.698 guru diikuti survei lanjutan terhadap 883 responden lainnya. Di samping itu juga dilakukan wawancara mendalam terhadap 417 responden yang mewakili kepala desa, kader kesehatan, guru, dan orang tua yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Data menunjukkan terdapat 7 risiko yang telah dan akan dihadapi anak-anak selama situasi pandemi, yaitu (1) berkurangnya kesejahteraan anak akibat orang tua kehilangan atau menurun pendapatannya, (2) kesulitan mengakses layanan kesehatan dasar (24 juta balita berisiko mengalami kekurangan asupan gizi, 10-14 juta baduta sulit mendapatkan imunisasi, (3) kesulitan mengakses layanan pendidikan berkualitas (85% orang tua dan anak mengalami kendala dalam pembelajaran jarak jauh, 22% mengatakan tidak memiliki fasilitas pendukung, (4) terbatasnya dukungan bagi anak dengan disabilitas (833.000 anak disabilitas sulit mengakses informasi dn panduan kesehatan tentang COVID-19), (5) kehilangan orang tua (60% kasus Covid-19 menimpa udis produktif dan memiliki anak), (6) rentan terhadap kekerasan (46% responden orang tua mengatakan anaknya mengalami setidaknya 2 dari masalah berikut: sulit berkonsentrasi, bingung, susah tidur, stress, mudah lelah, dan kesepian), (7) bertambahnya kesengsaraan bagi korban bencana alam (60-70% mayoritas korban bencana yang ada di Indonesia adalah anak-anak, perempuan, dan lansia).

“Dengan dihasilkannya penilaian cepat ini, kami bisa dengan lebih fokus untuk memastikan hak anak terpenuhi di masa pandemi Covid-19. Melihat skala yang luar biasa besar, diperlukan kerjasama berbagai pihak agar kita tidak kehilangan satu generasi dan melakukan apapun agar kita semua bisa pulih bersama sekaligus melahirkan generasi gang resilient atau tangguh dalam menghadapi bencana dan krisis,” ungkap Selina Patta Sumbung, CEO Save the Children Indonesia.

Survei ini memang banya keterbatasan, “Namun metode survei online dan wawancara mendalam melalui telepon tetap efektif, khususnya dalam situasi mobilitas dan interaksi sosial yang sangat terbatas. Bila survei dilakukan kepada warga yang tidak memiliki akses ponsel pintar dan internet, diperkirakan hasilnya mungkin lebih memprihatinkan,” jelas Merry  Saragih, Head of Monitoring Evaluation Accountability and Learning Save the Children Indonesia.

Lenny N Rosaline, Deputi Menteri di Kementerian Pemberdayaaan Perempuan dan Perlindungan Anak mengatakan, "Hasil RNA ini sangat komprehensif. Menarik sekali jika hasil ini juga kita sandingkan dengan survei yang dilakukan oleh KPPPA. Saya harapkan dalam waktu dekat kita ada webinar lagi dengan beberapa stakeholders untuk lebih jelas siapa melakukan apa dan kapan waktunya untuk jangka pendek selama masa pandemi COVID-19 dan pasca COVID-19." 

  • save the children

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!