INTERNASIONAL

Cincin Intravaginal Pencegah HIV Mulai Diujicoba kepada Manusia

"KBR68H, Washington - Uji klinis perangkat baru yang dapat melindungi perempuan dari virus HIV/AIDS dijadwalkan dimulai bulan November. Para peneliti mengatakan perangkat itu 100 persen efektif pada primata."

Cincin Intravaginal Pencegah HIV Mulai Diujicoba kepada Manusia
cincin intravaginal, uji coba, HIV, manusia

KBR68H, Washington - Uji klinis perangkat baru yang dapat melindungi perempuan dari virus HIV/AIDS dijadwalkan dimulai bulan November. Para peneliti mengatakan perangkat itu 100 persen efektif pada primata.
 
Penelitian telah berlangsung bertahun-tahun untuk menemukan perlindungan yang lebih besar pada perempuan. Misalnya, kondom perempuan dan yang paling baru, gel mikrobisida yang mengandung obat antiretroviral atau ARV, tenofovir. Obat itu sangat manjur melawan HIV dan digunakan oleh jutaan orang.

Uji klinis itu akan diadakan di Fakultas Kedokteran Albert Einstein di New York. Uji klinis itu akan mempelajari cincin intravaginal baru, yang mengandung bentuk baru tenofovir, yang dikenal sebagai TDF.

Patrick Kiser memimpin penelitian itu. Dia adalah anggota fakultas Teknik Universitas Northwestern dan seorang profesor obstetri dan ginekologi di Fakultas Kedokteran Feinberg.

“Kami telah mempelajari teknologi cincin intravaginal selama lebih dari 10 tahun, dan kami telah mengembangkan berbagai jenis cincin intravaginal untuk menyalurkan ARV yang berbeda dan bisa mencegah kehamilan,”katanya.

Kiser mengatakan jenis obat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa tantangan.

“Masalah dengan tenofovir jenis ini - tenofovir disoproxil fumarat atau TDF - adalah kaena senyawa tersebut sebenarnya jauh lebih ampuh dibandingkan tenofovir dalam gel tenofovir. Tapi itu merupakan obat yang sama dalam Truvada dan Viread. Obat-obatan itu merupakan kombinasi dosis tetap dari senyawa antiretroviral yang digunakan dalam obat-obatan antiretroviral oral. Tenofovir jenis ini tidak stabil dan juga memiliki khasiat lain. Itu juga relatif larut dalam air,”jelasnya.

Cincin intravaginal telah ada selama bertahun-tahun. Namun bahan yang digunakan cincin-cincin itu tidak akan berfungsi efektif dengan tenofovir TDF.

Cincin intravaginal itu diujicoba pada kera. Penelitian itu menunjukkan jaringan vagina primata itu mengandung antiretroviral tingkat optimal - tingkat yang dianggap mampu menghambat infeksi. Para peneliti lalu berupaya menginfeksi kera itu dengan virus simian imunodefisiensi yang telah direkayasa untuk merespon obat yang digunakan pada manusia .

“Kami menaruh cincin ke dalam vagina kera. Seminggu kemudian, menjangkiti kera dengan satu dosis virus imunodefisiensi itu. Lalu setiap minggu setelahnya, memberikan satu dosis lain virus itu. Dan setiap empat minggu kami mengganti cincinnya. Pada kelompok kera yang dipasangkan cincin, semuanya terlindungi dari virus tersebut - sedangkan kera yang tidak dipasangkan cincin terinfeksi rata-rata setelah terpapar virus itu sebanyak empat kali,”jelasnya.

Uji klinis pada manusia akan mengevaluasi efektivitas cincin itu pada 60 perempuan dalam waktu 14 hari. Langkah pertama adalah menentukan apakah itu aman - berapa banyak obat yang dilepaskan - dan kondisi cincin polimer pada akhir penelitian.

Kiser mengatakan jika berhasil pada manusia itu bisa menjadi terobosan besar dalam pencegahan HIV. Dia menambahkan obat-obatan lain dapat ditambahkan ke dalam cincin itu untuk mencegah penyakit menular seksual lainnya. (VOA)

Editor: Doddy Rosadi

  • cincin intravaginal
  • uji coba
  • HIV
  • manusia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!