BERITA

Samakan ISIS dengan Arab Saudi, Microsoft Diboikot

"Microsoft terpaksa meminta maaf setelah melakukan blunder, menerjemahkan Daesh dalam bahasa Arab (da'ish) menjadi Saudi Arabia dalam bahasa Inggris. "

Samakan ISIS dengan Arab Saudi, Microsoft Diboikot
Ilustrasi. (Foto: Rober Scoble/Creative Commons)

KBR - Raksasa perusahaan perangkat lunak Microsoft terpaksa meminta maaf setelah melakukan blunder, menerjemahkan Daesh dalam bahasa Arab (da'ish) menjadi Saudi Arabia dalam bahasa Inggris. Daesh adalah nama untuk kelompok ISIS. Daesh merupakan singkatan ISIS dalam bahasa Arab, yaitu Daulah Islamiyah fi Iraq wa Syam.

Terjemahan itu dilakukan olah layanan terjemahan Bing milik Microsoft. Ketika orang mengetikkan kata 'Daesh dan Prancis' dalam bahasa Arab, Bing menerjemahkannya sebagai 'Arab Saudi dan Prancis' dalam bahasa Inggris. Begitu juga ketika menerjemahkan 'Daesh dan Inggris' dalam bahasa Arab, Bing menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris menjadi 'Arab Saudi dan Inggris'.

Blunder Microsoft ini memicu protes dan kemarahan luas dari nettizen di Arab Saudi. Tidak sedikit yang menyerukan boikot terhadap layanan terjemahan Bing milik Microsoft. Bahkan sejumlah tokoh di kerajaan Arab Saudi ikut menyerukan boikot terhadap mesin pencari itu.

"Rakyat Saudi satu suara: boikot Bing!" tulis Muhammad Alsyiqo lewat akun Twitternya.


"Ini penghinaan bagi kita, dan kita harus boikot mereka," tulis Walah Abdul Latif lewat akun Twitternya.


Selain mendapat protes dari dalam negeri Arab Saudi, sejumlah media internasional juga mengaitkan blunder Microsoft itu dengan tudingan bahwa kerajaan Arab Saudi selama ini diduga terlibat mendukung banyak kelompok teroris. Termasuk kelompok pelaku teror 11 September 2001 di Amerika Serikat.


"Lembaga donor di Arab Saudi punya sumbangan besar terhadap kelompok teroris Sunni di berbagai negara... Arab Saudi tetap menjadi pendukung keuangan bagi kelompok Alqaeda, Taliban, Lashkar e Taliba, dan kelompok teroris lain, termasuk Hamas yang mendapat jutaan dolar tiap tahun dari Arab Saudi," begitu laporan diplomatik Amerika Serikat pada 2009 yang dibocorkan WikiLeaks, dan kemudian dikutip media Rusia Sputniknews.com.


Wakil Presiden Microsoft untuk Arab Saudi, Mamdouh Najjar pun meminta maaf secara luas.


"Sebagai wakil Microsoft, saya minta maaf kepada warga Arab Saudi dan negeri ini, secara tulus atas kesalahan yang tidak disengaja ini," kata Najjar lewat akun Twitternya.


Ia pun mengatakan kesalahan itu sudah diperbaiki.


Menurut Najjar, kesalahan itu kemungkinan terjadi karena Bing menggunakan penerjemahan secara keroyokan (crowdsource). Seperti dikutip Huffington Post, layanan itu secara otomatis akan memberikan alternatif terjemahan dari satu kata ke dalam bahasa lain setelah mendapatkan masukan dari 1000 orang. Artinya, tidak ada koreksi manual oleh manusia. Hal ini memungkinkan manipulasi sistem dan menggantikan terjemahan yang benar.


Selain mengoreksi kesalahan itu, kata Najjar, Microsoft juga menyelidiki kasus ini supaya tidak terjadi pada terjemahan lain.


Bing bukan satu-satunya mesin pencari yang jadi sorotan karena hasil pencariannya menimbulkan kontroversi, terkait teknologi dan politik.


Awal musim panas ini, mesin pencari Google memunculkan gambar calon presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama tanggal lahirnya, sebagai jawaban atas pencarian 'kapan Hitler lahir' dalam bahasa Inggris. Google pun segera menghapus gambar Donald Trump.


  • Foxnews.com, RT.com, Sputniknews.com, Techworm.net 
  • ISIS
  • Microsoft
  • mesin pencari
  • Google
  • Arab Saudi
  • Daesh

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!