BERITA

Perubahan Iklim Akan Sebabkan Lebih dari Ratusan Juta Orang Kekurangan Gizi

Perubahan Iklim Akan Sebabkan Lebih dari Ratusan Juta Orang Kekurangan Gizi

KBR, Jakarta - Sebuah penelitian mengungkapkan, peningkatan kadar karbon dioksida dapat membuat tanaman menjadi kurang bergizi dan merusak kesehatan ratusan juta orang. Penelitian sebelumnya menunjukkan, banyak tanaman pangan menjadi kurang bergizi ketika ditanam di lingkungan CO2. Diperkirakan pada tahun 2050, tanaman akan mengalami pengurangan protein, besi, dan seng sebesar 3-17%.

Dilansir dari theguardian.com (27/8/2018), para ahli mengatakan, perubahan tersebut menunjukkan kalau pada pertengahan abad ini sekitar 175 juta orang akan mengalami kekurangan seng, sementara 122 juta orang diperkirakan akan mengalami kekurangan protein. Selain itu, sekitar 1,4 miliar wanita usia subur dan bayi di bawah usia lima tahun akan tinggal di daerah dengan risiko tertinggi kekurangan zat besi.

Kekurangan seng dikaitkan dengan masalah penyembuhan luka, infeksi, dan diare. Kekurangan protein dikaitkan dengan pertumbuhan yang terhambat. Sementara, kekurangan zat besi dikaikan dengan komplikasi pada kehamilan dan persalinan.

"Ini adalah kenyataan lain yang menunjukkan tentang bagaimana CO2 yang tinggi dapat mempengaruhi kesehatan global yang mungkin tidak dikenali dengan baik," kata Dr Matthew Smith, rekan penulis studi dari Harvard TH Chan School of Public Health.

Kekurangan nutrisi di berbagai negara

Samuel Myers dari Harvard dan Smith dalam Jurnal Nature Climate Change, menjelaskan bagaimana mereka menggunakan data dari sejumlah sumber, termasuk tokoh dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, untuk mengeksplorasi pasokan makanan di berbagai negara.

Secara keseluruhan, Smith dan Myers melihat terdapat 225 makanan yang berbeda, termasuk gandum, beras, jagung dan sayuran tertentu, akar, dan buah-buahan. Tim juga memperhitungkan kandungan nutrisi tanaman dalam regional yang berbeda dan memperhitungkan tentang diet dengan perbedaan usia dan jenis kelamin di negara-negara. Mereka menggunakan data yang dikumpulkan oleh peneliti lain melalui survei di seluruh dunia.

Tim kemudian melihat bagaimana asupan nutrisi akan berubah, dengan mengasumsikan tingkat CO2 yang terus meningkat. Hasilnya, dari 151 negara yang diteliti, negara-negara di Afrika Utara, Asia Selatan dan Tenggara dan Timur Tengah merupakan negara yang paling terpuruk, bersama dengan beberapa negara di Afrika sub-Sahara.

Di India, diperkirakan pada tahun 2050, sekitar 50 juta orang akan kekurangan seng dan 38 juta lebih kekurangan protein. Dengan kualitas diet yang dikaitkan dengan pendapatan, para peneliti mengatakan bahwa negara termiskin di negara-negara tersebut kemungkinan besar berada dalam risiko.

Sebaliknya, negara-negara seperti Amerika Serikat, Perancis dan Australia dan sebagian Amerika Selatan diperkirakan akan mengalami dampak yang sedikit. Tim memperkiraan terdapat 662 juta orang kekurangan protein dan seng.  Diperkirakan banyak orang terus menerus kekurangan gizi karena tingkat CO2 yang meningkat.

Dampak peningkatan kadar CO2

Namun penelitian ini memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah saat diet diasumsikan akan tetap stabil selama beberapa tahun mendatang. Selain itu, penelitian ini tidak memperhitungkan bahwa peningkatan kadar CO2 dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.

Para penulis mengatakan bahkan jika seseorang makan lebih banyak tanaman untuk mendapatkan asupan nutrisi yang sama, mereka mungkin berakhir dengan masalah lain seperti obesitas. Sementara efek iklim seperti peningkatan suhu dan tekanan air dapat benar-benar mengakibatkan penurunan hasil panen.

Untuk negara-negara yang rentan dari bahaya kekurangan gizi, Smith menyarankan agar negara-negara tersebut menumbuhkan tanaman yang lebih tinggi gizi atau yang kandungan haranya tahan terhadap peningkatan CO2. Sementara pilihan lainnya yaitu dengan melakukan fortifikasi makanan atau meningkatkan asupan makanan yang berasal dari hewan.

Dr Kai Zhu, asisten profesor studi lingkungan di UC Santa Cruz yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa penelitian itu menawarkan pesan yang jelas bahwa perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan manusia.

"Jika tidak ada tindakan yang diambil, jutaan hingga miliaran orang akan kekurangan gizi karena meningkatnya CO2. Dan daerah yang paling rentan di dunia akan menderita dampak terbesar. Kebijakan kesehatan publik di masa depan harus mempertimbangkan perubahan iklim," katanya. 

Editor: Citra Dyah Prastuti 

  • Perubahan iklim
  • Climate Change

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!