BERITA
ISIS Mulai Kehabisan Uang untuk Bayar Milisi
"Serangan pasukan koalisi internasional juga dikabarkan telah menghancurkan uang tunai sekitar Rp10 triliun yang dimiliki ISIS."
KBR - Kelompok teroris ISIS dikabarkan mulai terbelit masalah pendanaan,
setelah terus digempur oleh pasukan koalisi internasional. Selain mulai
kehabisan uang tunai, ISIS juga mulai mengalami krisis energi.
Mungkin
ini menjadi propaganda dari koalisi pasukan anti-ISIS. Namun koalisi
ini mengklaim menemukan dokumen dari internal ISIS.
Petinggi
militer Amerika Serikat yang memimpin pasukan koalisi, Mayjen Peter E
Gersten menyebutkan, dari dokumen yang mereka peroleh, disebutkan bahwa
ISIS mulai kekurangan uang tunai. Sebagian uang itu, menurut Peter,
digunakan untuk membayar budak seks.
Dokumen itu, kata Peter,
juga menyebutkan ISIS mulai meminta para anggota milisinya untuk
menghemat listrik dan berhenti menggunakan kendaraan operasional untuk
kepentingan pribadi.
Peter menyebutkan, dari dokumen itu juga
diketahui para milisi ISIS mulai banyak yang mencari-cari alasan untuk
menghindar dari tugas di garis depan dengan meminta surat dokter.
Jumlah milisi yang bergabung ke ISIS juga mulai berkurang. Menurut Peter, dari dokumen itu, terungkap bahwa jumlah rekrutan milisi ISIS yang semula mencapai 1,500 hingga 2,000 orang per bulan, kini turun menjadi hanya 200 per bulan.
Serangan pasukan koalisi internasional juga dikabarkan telah menghancurkan jutaan dolar uang tunai yang dimiliki ISIS.
"Kami
betul-betul melihat adanya peningkatan jumlah milisi yang desertir
(meninggalkan garis depan) dari para milisi ISIS. Kami melihat betul
turunnya moral para milisi. Kami melihat ketidakmampuan mereka untuk
membayar gaji milisi. Kami juga menyaksikan mereka para milisi mencoba
meninggalkan ISIS," kata Peter E Gersten dari Baghdad, Irak kepada
reporter.
Serangan militer pasukan koalisi yang dilakukan
terhadap kelompok ISIS juga diyakini telah menghancurkan antara Rp3,9
triliun hingga Rp10 triliun uang tunai milik kelompok itu.
Sejak
Oktober tahun lalu, pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika
Serikat mulai menyasar infrastruktur minyak dan fasilitas gudang
penyimpanan uang ISIS. Tujuannya untuk melemahkan kemampuan keuangan
kelompok tersebut.
Dokumen internal ISIS itu diperoleh Aymenn
al-Tamimi, peneliti dari Jihad-Intel, sebuah lembaga yang didirikan
Middle East Forum yang berbasis di Washington Amerika Serikat.
Aymenn
memperoleh dokumen-dokumen itu dari para aktivis, jurnalis dan bekas
warga di Irak dan Suriah yang dikuasi ISIS. Sejumlah dokumen itu diambil
dari daerah-daerah yang kemudian berhasil direbut pasukan koalisi dari
kendali ISIS.
Dokumen itu secara detil menyebutkan bayarn untuk
para milisi bersenjata yang direkrut ISIS. Rata-rata pasukan dibaar 50
dolar AS per bulan, dengan tambahan 50 dolar AS untuk tiap istri, 35
dolar AS untuk tiap anak, 50 dolar AS untuk tiap budak seks, 35 dolar AS
untuk tiap anak yang diperoleh dari budak, 50 dolar AS untuk tanggungan
orang tua dan lain-lain.
Krisis keuangan ISIS juga ditunjukkan
dengan pemotongan gaji yang dialami anggota ISIS di Raqqa, Suriah---yang
disebut sebagai ibukota negara ISIS. Dokumen itu menyebutkan pemotongan
gaji mencapai 50 persen.
Dalam catatan Aymenn, ISIS juga mencoba untuk membangkitkan moral para milisi desertir dengan mengeluarkan amnesti (pengampunan) umum bagi para milisi desertir yang mau kembali berperang. (CNN/Time/Fox News)
- ISIS
- Amerika Serikat
- Suriah
- Irak
- milisi
- teroris
- Timur Tengah
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!