BERITA

Cuaca Panas Luar Biasa Belakangan Ini? Ini Penyebabnya!

Cuaca Panas Luar Biasa Belakangan Ini? Ini Penyebabnya!

KBR, Jakarta - Tahukah Anda, belakangan ini kipas angin mini laris manis di pasaran? Ukuran yang kecil dan praktis membuat banyak orang mencarinya.

Ini wajar saja, mengingat cuaca panas yang tidak umum. Di Jakarta, dalam sepekan terakhir mengalami peningkatan suhu. Awal pekan ini mencapai 36 derajat Celcius dan hari-hari berikutnya berkisar di angka 35 derajat Celcius.

Diperkirakan, pekan depan suhu bakal kembali menyentuh 36 derajat Celcius. Tapi, apakah ini ada hubungannya dengan pemanasan global?

Ternyata ada. Public Outreach Officer Institute for Essential Services Reform (IESR), Yesi Maryam mengajak kita menilik buktinya. Mulai dari es di Kutub Utara yang mencair, lalu kenaikan permukaan air laut, juga cuaca tidak menentu. Ini jadi persoalan tak hanya bagi manusia melainkan juga ekosistemnya. 

"Ketika misalnya permukaan air laut naik, membahayakan manusia yang hidup khususnya di kepulauan. Kita juga akan mengalami daerah yang musim kemaraunya lebih panjang", ujar perempuan yang akrab disapa Eci ketika dalam program KBRPagi, Jumat (12/10/2018).

Terdengar familiar?

Dampak terusannya kata Eci, kemarau panjang berpengaruh pada sektor pertanian yang berujung pada masalah ketahanan pangan. "Jika kita mempertahankan aktivitas kita yang sekarang tanpa ada upaya mengurangi emisi, maka diperkirakan suhu permukaan bumi ini akan terus naik 3 hingga 4 derajat Celcius," kata dia. 

Eci menilai kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius ini sudah mengkhawatirkan. Sehingga menurutnya perlu upaya serius bahkan radikal, tidak hanya dari pemerintah namun seluruh pihak untuk menekan kenaikan suhu tak lebih dari yang ada saat ini. Di bidang energi misalnya, pemerintah harus segera beralih dari energi batu bara ke energi terbarukan seperti tenaga air, angin dan matahari. 

Kenapa? Batu bara adalah salah satu penyumbang emisi terbesar. DBS Group Research dalam laporannya yang dirilis Juli 2018 menyebut di Indonesia sebagian besar proyek pembangkit listrik didominasi batu bara. Dalam cetak biru target energi bauran, konsumsi batu bara mencapai 31% hingga 2025, diikuti minyak, dan campuran energi terbarukan lain.

"Harus ada kebijakan yang kuat dari pemerintah, butuh pembiayaan sangat besar, dan perubahan perilaku masyarakat yang konsisten untuk tidak memperburuk kondisi ini. Mulai aja dari hemat listrik, hindari barang sekali pakai berbahan plastik, atau lebih sering pake sepeda", tutup Eci.

Sebelumnya, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), lembaga antar-pemerintah di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meneliti perubahan iklim merilis laporan peningkatan suhu bumi sebesar 1,5 derajat Celcius pada 2030 hingga 2052, Senin (8/10/2018) lalu. IPCC memperkirakan pemerintah seluruh negara harus menginvestasikan minimal 2,5% dari GDP global untuk membatasi kenaikan suhu bumi 1,5 derajat Celcius tersebut.

Pertemuan yang dihadiri para ilmuwan dan pemerintah dari seluruh dunia itu digelar pekan lalu di Incheon, Korea Selatan untuk membahas persoalan pemanasan global.



Editor: Nurika Manan

  • #pemanasanglobal
  • #globalwarming

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!