INTERMEZZO

Dapat Penghargaan, Wydia Angga: “SAGA Itu Candu”

Dapat Penghargaan, Wydia Angga: “SAGA Itu Candu”

Rabu sore (12/10/2016) kantor kami riuh karena bersorak sorai menyambut kedatangan salah satu reporter KBR, Wydia Angga. Dengan wajah ceria sambil berjalan tertatih-tatih dan nafas ngos-ngosan, ia tampak senang melihat sambutan kami. Perutnya yang membuncit karena tengah hamil 8 bulan, tak bisa menutupi raut wajah sumringahnya. Di tangannya, ia membawa sebuah pigura yang menyematkan selembar piagam kebanggaan.

Ya, wanita yang akrab dipanggil Angga ini baru saja mendapat penghargaan dari AJI dan TIFA untuk karya jurnalis radio terbaik konten berita lokal dengan tema pemberdayaan masyarakat. Penghargaan itu diberikan di Universitas Atmajaya, Jakarta. Perempuan asli Solo ini mengirimkan karyanya yang berjudul Koperasi Sejahtera Ala Maxs Endru Ohandi.


Selain Angga, jurnalis KBR Ade Irmansyah yang mengirimkan karya: Mandiri Lewat Gerakan Pulang Ke Desa juga berhasil mendapatkan penghargaan yang sama. Kedua karya tersebut adalah racikan program khas KBR, SAGA, cerita tentang nama, peristiwa dan fakta. Keduanya masing-masing berhasil menggondol Rp 4 juta dan mengalahkan puluhan nominasi lainnya.

“Seru waktu itu, kami berdua gak menyangka bisa menang. Kami menyangka, berharap, dan ragu itu muncul karena kami berdua dari satu radio. Jadi kita pikir, hanya salah satu dari kita yang menang. Pas menunggu pengumuman pemenang, saya sama Ade saling tebak-tebakan. ‘Kamu deh yang menang’. Ade pun juga bilang begitu. Ya, ini rezeki bayi, besok saya mau periksa ke dokter,” kata Angga tersenyum. Ini adalah kali pertama ia ikut lomba karya jurnalis dan langsung menyabet penghargaan.

Bukan hanya Angga dan Ade saja yang bersuka cita, semua karyawan KBR ikut bergembira, walau kami sekedar memegang piagamnya saja.

”Traktir donat, dong," pinta kami.

redWydia Angga (kanan) berfoto bersama awak redaksi KBR saat tiba di kantor, usai menerima penghargaan dari AJI dan TIFA.


SAGA Itu Candu


Penyuka olahraga berkuda ini yakin mengirimkan karyanya, karena baginya, cerita tentang koperasi yang ia liput menginspirasi, mengandung unsur perekonomian dan bisa mengajak orang untuk mengikuti jejak sang pendiri koperasi.  


“Saya datang ke sana pas sedang ada kegiatan koperasinya. Saya langsung ambil ceritanya se-natural mungkin. Banyak orang bergantung dengan skema koperasi yang didirikan oleh Maxs. Trus, aku cari testimoninya dan berharap orang yang mendengarkannya tahu apa yang mereka dapatkan jika melakukan hal yang sama. Saya ingin daerah lain bisa mengadopsi cerita koperasi ini dengan skema yang sama,” Angga menjelaskan sekilas liputannya.


Ia melanjutkan, di Koperasi Sejahtera yang didirikan Maxs Endru Ohandi, ada skema pengawasan. Misalnya, kalau ibu-ibu meminjam uang koperasi untuk membeli lipstik, baju atau kosmetik, bukan untuk bisnis, maka pihak koperasi akan menyetop dan anggota lain akan melaporkannya. Karena anggota lain akan menanggung akibatnya jika si ibu tadi tak bisa membayar angsurannya.


“Jadi, mereka berdaya sendiri dan berupaya mengentaskan kemiskinannya,” papar Angga yang hampir 7 tahun bergabung di KBR. 


Kehamilan, tak menyurutkan semangatnya untuk berburu berita, mewawancarai narasumber, menulis berita dan ikut rapat redaksi setiap hari. Bahkan, dengan kemenangannya ini, ia tambah semangat untuk membuat SAGA.


“SAGA itu menyenangkan dibanding berita harian yang kita kejar, karena di SAGA ada sisi emosi dan lebih dalam. Itu sebenarnya candu lho, agar kita bisa membuat cerita yang bagus dan menyentuh. Tapi, menang lombanya juga candu,“ pungkasnya tersenyum sambil mengelus perutnya.


Sekitar satu bulan lagi, ia akan menyambut kehadiran sang buah hati. Penyuka soto ini terlihat bahagia dengan kehamilannya yang pertama ini. Selamat ya Angga, dan semoga sehat selalu sampai lahiran nanti.

  • Jurnalis KBR
  • Menang penghargaan
  • saga
  • saga kbr

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!