BERITA

Terapi Seni, Bantu Atasi Gangguan Kesehatan Mental

Terapi Seni, Bantu Atasi Gangguan Kesehatan Mental

KBR, Jakarta -10 September 2017 diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Kasus bunuh diri yang kerap terjadi, sering kali disebabkan oleh masalah kesehatan mental seseorang. Namun, sayangnya di Indonesia tingkat kepedulian terhadap kesehatan mental masih tergolong minim. Menurut Psikolog, CGI, Addi Chandra M.Psi, kesehatan mental, bisa menjangkiti orang-orang normal dengan aktivitas sehari-hari yang tinggi.

“Individu yang perlu mendapat terapi adalah ketika hal yang berhubungan dengan mentalnya sudah menganggu kehidupan function sehari-hari. Basic function seperti pekerjaan atau selfcare. Individu dengan isu masalah kesehatan bukan hanya ada di rumah sakit jiwa, tapi juga di masyarakat umum,” jelas Addi dalam program Ruang Publik KBR, Senin (10/09/2018).


Untuk mengatasi hal tersebut, terapi kesehatan mental sangat penting, salah satunya melalui seni.  Menurut Addi, kegiatan seni bisa memberikan efek therapeutic, sebuah terapi yang bertujuan untuk penyembuhan sistem mental atau pola pikir.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Addi membentuk "Heart of People". Ini adalah yayasan yang terbentuk dari movement para anak-anak muda yang peduli terhadap mental health issue pada 2013. 

Kegiatan terapi seni yang dilakukan di Heart of People, kata Addi, adalah lintas seni. Ada yang memainkan musik, melukis, kerajinan tangan dan lain-lain. Bahkan, yayasan ini juga punya pasien yang melakukan terapi seni dengan kolase, sebuah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan, seperti kertas, kain dan lainnya yang ditempelkan pada permukaan gambar.

“Jadi beberapa pasien kita di rumah sakit, kami kasih majalah bekas, nanti mereka menggunting majalah tersebut menjadi sebuah pesan buat orang-orang di luar sana. Art-nya itu tergantung di mood mereka, mereka mau menggambar, buat patung, atau mereka mau melakukan gerak dan tarian lewat psikodrama,” jelas Addi. 

Heart of People, punya movement yang bernama Heart, atau healing through art.

“Di heart therapy, kita punya dua kategori. Pertama, art therapy dan therapeutic art. Kalau di art therappy kita punya modul yang jelas, klinis, dan terarah untuk membuat seseorang yang keadaan awalnya tidak baik menjadi baik.  Kalau therapeutic art itu kegiatan art yang bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan oleh orang yang berada di luar rumah sakit jiwa,” ungkap Addi.


Perbedaan dari dua kategori terapi seni itu adalah lisensi yang dibutuhkan dalam melakukan terapi tersebut. Ia mengungkapkan bahwa untuk melakukan art therapy, seseorang harus memiliki lisensi terlebih dahulu, sedangkan therapeutic art bisa dilakukan oleh siapa saja, misalnya kegiatan coloring book atau handcraft.


“Di Heart of People kita memiliki serangkaian kegiatan seperti workshop dan voulentrip. Jadi kita mengumpulkan berbagai macam relawan yang tidak memandang agama dan sukunya apa. Semua itu untuk membantu orang-orang yang punya masalah kesehatan mental" jelasnya.

Ia mencontohkan, dalam 3 tahun terakhir, mereka melakukan kunjungan ke sebuah panti rehabilitasi yang tidak terurus di Wonogiri, Jawa Tengah. Di sana, Addi dan rekan-rekannya memberikan edukasi selfcare, kerja bakti dan memandikan pasien. Addi memendam harapan, suatu saat nanti ia bisa memperbaiki tempat rehabilitasi tersebut.

Mengingat masih minimnya tingkat kepedulian masyarakat terhadap kesehatan mental, menurut Addi, yayasannya terbuka kepada setiap orang yang menaruh kepedulian terhadap isu kesehatan mental atau ingin membantu hidup orang lain yang memiliki mental health issue. 

Nah, bagi Anda yang ingin bergabung dengan Heart of People, bisa mengunjungi yayasan ini di Satrio Tower lantai 16, Kuningan, Jakarta.  Atau juga bisa berkomunikasi lewat media sosial instagram @heartofpeople.id.

Pengaruh positif terapi seni terhadap kesehatan mental, telah dirasakan Vindy Ariella. Vindy adalah seorang dengan kondisi bipolar. Sudah 5 tahun, Vindy menggambar dan melukis untuk mengatasi gangguan bipolarnya. Alasan awalnya sederhana, menurut Vindy, gambar dan spidol mudah dibawa kemana saja, jadi ia bisa kapan saja mengekspresikan emosinya.

“Aku gunakan gambar sebagai mediumku mengeluarkan emosi ketika ia kambuh di mana saja. Lewat gambar aku merasa lebih tenang,” ungkap Vindy yang juga bergabung bersama Bipolar Care Indonesia, sebuah wadah yang bertujuan menumbuhkan awareness masyarakat terhadap gangguan bipolar.  

 

  • terapi seni
  • seni
  • mental
  • Kesehatan
  • kesehatan mental
  • Ruang Publik KBR

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!