INTERMEZZO

Gaya Hidup Picu Penyakit Rabun Jauh

"KBR68H, Jakarta - Rabun mata secara sederhana dapat diartikan sebagai gangguan mata dimana penderitanya tidak dapat melihat jelas sesuatu dalam jarak tertentu."

Gaya Hidup Picu Penyakit Rabun Jauh
rabun jauh, gaya hidup, cara membaca

KBR68H, Jakarta - Rabun mata secara sederhana dapat diartikan sebagai gangguan mata dimana penderitanya tidak dapat melihat jelas sesuatu dalam jarak tertentu. Rabun mata sendiri terbagi menjadi dua yaitu rabun dekat dan rabun jauh. Penderita rabun jauh akan sulit melihat sesuatu pada jarak yang relatif jauh dan sebaliknya pada penderita rabun dekat., dia akan sulit melihat sesuatu dalam jarak relatif dekat. Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa terganggu rabun mata yaitu faktor genetik atau keturunan, nutrisi dan juga gaya hidup.

Pada penderita rabun jauh, faktor gaya hidup merupakan penyebab yang dominan. Kebiasaan membaca terlalu dekat atau dalam keadaan kurang cahaya dapat memicu gangguan mata ini. Selain itu terlalu lama berada di depan televisi atau komputer juga bisa mempengaruhi terjadinya gangguan ini.

Gilbert Simanjuntak, seorang dokter spesialis mata mengatakan rabun jauh terjadi karena karena cahaya pantulan objek yang masuk ke mata tidak jatuh tepat di retina, melainkan jatuh di depan retina sehingga menyebabkan gambar yang diterima mata menjadi kabur. Hal ini karena mata dipaksa untuk fokus pada jarak relatif dekat dalam waktu yang lama sehingga bisa mengurangi kemampuan fokus mata untuk melihat pada jarak relatif jauh.

Gilbert menambahkan mata sebaiknya dibiasakan membaca pada jarak normal sekitar 25 cm. Pada jarak tersebut mata akan berfokus dengan normal dan rileks. Kebiasaan membaca dengan cara ini bisa membuat kerja otot mata tidak terlalu berat dan juga bisa menghindarkan kita dari gangguan rabun jauh maupun dekat.

“Rabun itu kan salah satu faktornya yaitu mata yang selalu dipaksa bekerja dan fokus pada jarak terlalu dekat atau terlalu jauh juga. Dalam keadaan berkepanjangan kebiasaan ini bisa merubah jarak sumbu mata dan terjadilah rabun ini,” jelasnya dalam Program Perbincangan Klinik KBR68H, Selasa (9/7)

Melody, (18) seorang siswa SMA, mengeluhkan rabun jauh yang kini dideritanya. Dia mengaku kemungkinan besar gangguan tersebut disebabkan oleh kebiasaannya bermain game di depan komputer selama berjam-jam setiap harinya. Dia juga memiliki kebiasaan membaca buku dalam posisi terlentang sehingga kini matanya minus 5. Menanggapi kasus seperti ini dokter Gilbert mengatakan kebiasaan ini bisa disiasati dengan menyediakan ruang baca atau ruang komputer yang tidak sempit. Ruang tersebut harus memiliki jendela yang menghadap keluar atau menghadap ke daerah yang agak jauh. Ini agar sambil membaca atau bermain game mata anak sesekali dapat dibuat rileks dengan memalingkan pandangan ke arah jendela tersebut.

“Kalau melihat jendela dengan pandangan yang jauh itu mata nanti akan bisa beristirahat dan rileks sesekali setelah sebelumnya fokus terus pada pandangan jarak dekat ke komputer atau buku. Ruangnya juga kalau bisa agak lebar karena ada penelitian yang menyebutkan orang selalu berada di ruang sempit minus matanya cenderung bertambah daripada orang yang berada di lapangan,” jelasnya.

Rabun jauh ternyata tidak hanya terjadi pada penderita mata minus tetapi bisa juga pada mata plus. Dokter Gilbert mengatakan rabun jauh pada penderita mata minus biasanya tidak menimbulkan efek samping selain penglihatan jauh yang kurang jelas. Kata dia yang jadi masalah adalah rabun jauh pada penderita mata plus. Pada kasus ini mata akan selalu berakomodasi dengan melibatkan otot-otot mata yang hangat halus. Selanjutnya hal tersebut bisa merangsang sakit kepala pada penderita mata plus ini.

Pada beberapa kasus mata minus pada anak-anak umumnya semakin lama semakin bertambah tingkat minusnya. Menurut dokter Gilbert kecenderungan tersebut memang ada karena seiring pertumbuhan anak maka bola matanya juga akan bertambah besar. Hal ini yang menyebabkan minus bertambah. Namun kata dia biasanya penambahan minus tersebut akan berhenti pada usia 18 atau 21 tahun.

Pada kasus lainnya ada juga penderita yang mengalami peningkatan tingkat minus mata secara drastis. Hal ini kata Gilbert sudah menyangkut adanya kelainan bagian organ mata. Gejala seperti ini disebut miopia progresif.
“Ada yang dari minus 3 lompat minus 4 lalu samapai kemudiaa dia usia 20-an itu minus 18. Itu umumnya disertai kelainan organ dibelakangnya jadi agak melengkung lagi. Itu yang miopi progresif,” ujarnya.

Gangguan rabun jauh ini dapat dibantu dengan menggunakan kacamata atau lensa kontak. Penggunaan kacamata juga harus disesuaikan ukuran lensa dengan tingkat minus mata karena jika tidak sesuai justru dapat memperparah minus mata. Alternatif lainnya adalah lensa kontak. Pada penggunaannya, lensa kontak secara rutin dibersihkan dan disterilkan. Dokter Gilbert menyarankan bagi pengguna lensa kontak untuk tidak memakainya sepanjang hari. Lensa harus dilepas ketika tidur dan ketika waktu beristirahat lainnya. Dalam waktu tersebut biarkan mata kembali mendapatkan oksigen dari udara setelah sebelumnya terus tertutup oleh lensa kontak.

Untuk pencegahan, faktor nutrisi jelas berpegaruh. Asupan vitamin A yang cukup pada mencegah atau menunda terjadinya rabun jauh. Asupan vitamin tersebut bisa didapat dari wortel yang rutin dikonsumsi. Selain itu faktor gaya hidup yang kurang baik juga harus diperbaiki. Bisa dengan membiasakan membaca dengan posisi yang baik yaitu tidak terlalu dekat dan cukup cahaya.

Editor: Doddy Rosadi

  • rabun jauh
  • gaya hidup
  • cara membaca

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!