INTERMEZZO

Bisnis Mie Glosor Meroket Saat Ramadhan

"Bisnis makanan untuk berbuka nampaknya menjadi berkah di bulan Ramadhan ini, terutama bagi produsen mie glosor. Makanan yang sudah menjadi tradisi di Bogor, Jawa Barat, ini setiap bulan puasa ini sangat dicari oleh warga. Makanan ini terbilang pas menjadi"

Rafik Maeilana

Bisnis Mie Glosor Meroket Saat Ramadhan
Mie Glosor, Ramadhan

KBR68h, Bogor – Bisnis makanan untuk berbuka nampaknya menjadi berkah di bulan Ramadhan ini, terutama bagi produsen mie glosor. Makanan yang sudah menjadi tradisi di Bogor, Jawa Barat, ini setiap bulan puasa ini sangat dicari oleh warga. Makanan ini terbilang pas menjadi menu takjil saat berbuka.

Berbeda dengan mie lainnya, mie glosor bentuknya menarik karena berwarna kuning bening. Sementara, rasanya teramat khusus karena terbuat dari sagu. Mie Glosor sendiri memiliki tekstur yang licin dan bulat. Karena sifat inilah, mie ini dinamai glosor.

Di masa bulan puasa ini, produksi mie glosor di pabrik meningkat tajam. Ini diungkapkan Abdul Rojak, pemilik pabrik mi glosor di Kota Bogor. Menurut dia, di bulan puasa ini permintaan mie glosor di pasaran meningkat. Hal itu karena mie glosor adalah makanan tradisi saat bulan puasa.

Di pabrik miliknya, produksi mi glosor meningkat hingga 8,5 ton per hari. Padahal, hari biasa, produksi mie hanya 2,5 ton per hari.

“Alhamdulilah meningkat, dari biasanya hari biasa 2,5 ton. Kalau bulan puasa alhamdulilah meningkat,” kata Rojak.

Rojak mengaku mayoritas mie golosor yang ada di Bogor sendiri dikirim dari pabrik miliknya. Bahkan selain Bogor, pabriknya mendistribusikan ke luar Bogor seperti Kota Cianjur dan Kota Depok.

Harga per kilogram mie glosor sendiri d jual dari pabrik senilai Rp 3.500 per kilogram. Harga ini naik karena solar yang dijadikan bahan untuk merebus mie glosor naik beberapa waktu lalu.

Editor: Anto Sidharta

  • Mie Glosor
  • Ramadhan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!