INTERMEZZO

Yang Muda, yang Menanam

"Anak muda di Sumba Timur belajar menanam sayur"

Yang Muda, yang Menanam
Menanam Sayur, Sumba Timur

KBR68H, Sumba Timur - Sore itu terlihat beberapa anak muda, laki dan perempuan di kebun. Diantara mereka ada yang memegang gembor untuk menyiram sayur, ada yang mengamati bedeng sayur dan ada pula yang baru mulai membuat lubang kecil di bedeng untuk menyimpan benih ketimun. Sementara, beberapa bapak sedang membuat pagar keliling.

Pemandangan ini tidak biasanya di sini, di Kalu, Kelurahan Parailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur. Warga di sini menamakan daerah ini Woka. Area ini sebelumnya hanya lahan terbuka penuh dengan rumput dan jadi tempat bermain anak.

Namun, saat ini tidak terlihat lagi gawang buatan untuk bermain bola. Lahan berubah menjadi kebun sayur. Terlihat sekitar 20 bedeng memanjang dari timur ke arat, sayur sudah mulai menghijau meski masih kecil. Saya Heinrich Dengi dari Radio Max FM Waingapu  dan  Rahmat sebagai pembimbing petani melihat perubahan sikap warga di sini.

Ceritanya begini, September hingga Desember 2013 kami memulai kelompok tani organik Jangan Omong  Saja (JOS) di sekitar Radio Max FM Kalu. Saat pertemuan pertama dan hingga 1 bulan berjalan, anggota kelompok JOS sekitar 20 orang masih rajin datang. Tetapi makin menuju panen, mulai sedikit anggota yang datang belajar. Maklum, pelatihan ini gratis dan tidak ada tuntutan atau paksaan harus datang.

Waktu itu di Kelompok JOS, anggota kelompok menanam kol bunga, kol, semangka, pitsai dan pakcoy, semuanya tumbuh dengan baik dan hasil panen memuaskan.

Saat kelompok berjalan, saya dan Rahmat sepertinya tidak melihat ada keinginan masyarakat sekitar untuk belajar. Kami kira warga sekitar kelompok JOS di Kalu tidak berminat dengan pelatihan ini. Sehingga, waktu memasuki tiga bulan berikutnya kami pindah membimbing ke  Londa Lima.

Tetapi tanpa kami sangka, masuk di pertengahan Februari 2014, perkiraan kami meleset. Kelompok JOS ternyata menjadi pembicaraan warga di Kalu. Mereka pun berniat untuk belajar menanam sayur. Kemudidan mereka bertemu dengan  Pak Rahmat dan menyampaikan kalau ingin mereka. Dan tidak perlu waktu lama, saya dan Pak Rahmat memutuskan membuka kelompok baru di sana  yang ditandai dengan lahan belajar tanam mulai ditraktor.

Kembali ke anak-anak muda yang sedang belajar tanam sayur, ada nona yang terlihat serius ingin belajar tanam sayur di sekitar bedeng masing-masing.

Ada Siti, kelas 6 SD Kalu. Kata Siti, tidak ada yang memaksa dia untuk mengambil bedeng dan menanam sayur. Di kebun ini, Siti mendapat bagian setengah bedeng yang ditanami sayur putih. Gadis lainnya bernama Misel. Gadis manis berpostur tinggi ini duduk di kelas 7 SMP Negeri 1 Waingapu. Ia menanam mentimun di bedengnya, ada sekitar 200 pohon. Misel mengaku senang belajar di sini dengan kawan lain.

Masih banyak anak muda lain yang juga belajar tanam sayur di sini seperti Dody yang menamam 52 pohon sayur kol, Mone yang menanam 1 bedeng mentimun dan beberapa ibu dan bapak lain yang belajar menanam sayur di kebun ini.

Saya terharu melihat perubahan di Woka dan sekitarnya, dan tidak menyangka mereka akan belajar menanam sayur dengan antusias. Saya yakin, jika semangat ini dipertahankan, akan memperbaiki perekonomian mereka. Lahan yang menganggur pun tidak akan dibiarkan terbengkalai.

Saat saya hampir menyelesaikan tulisan ini, datang kabar dari Pak Rahmat kalau warga Kaburu mau membentuk kelompok dan ingin belajar menanam sayur. Dan tentu saja  kami akan datang menjumpai mereka.

Editor: Anto Sidharta

  • Menanam Sayur
  • Sumba Timur

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!