INDONESIA

Sampah Dunia, Harta Karun Tiongkok

Sampah Dunia, Harta Karun Tiongkok

Saat ini dunia menghasilkan empat miliar ton sampah setiap tahun.

Tiongkok membeli sebagian sampah-sampah itu - terutama kepingan logam, plastik dan kertas untuk memenuhi kebutuhan pabrik dan perusahaan konstruksi.

Botol-botol plastik itu kemudian dilebur untuk dijadikan bahan akrilik untuk elektronik.

Para perempuan tua mengantri sambil membawa keranjang berisi botol plastik, tumpukan surat kabar, mainan hingga peralatan dapur dari logam yang berhasil mereka kumpulkan.

Mereka berada di Dongzhimenwai, sebuah jalanan di tengah kota Beijing, untuk menjual sampah mereka. 

Pembelinya adalah Liu Aiguo...
 
“Saya memasukka sampah itu ke dalam truk dan membawanya ke kota Tongzhou di luar ibukota. Saya membawanya ke sebuah tempat pengepulan, yang nanti akan membawanya ke pabrik. Kami membeli botol plastik, kertas dan juga baja. Tapi tergantung kualitasnya. Kami juga mendatangi kantor-kantor untuk mengumpulkan kertas.”

Semua sampah ini kemudian dipilah dan dijual ke pabrik-pabrik yang kemudian melebur plastik-plastik itu. Setelahnya tumpukan koran diubah menjadi gulungan kertas untuk digunakan di dalam serat baru.

Selain memberi nafkah pada para pengumpulnya, daur ulang ini juga menyediakan bahan baku murah bagi pabrik dan konstruksi di Tiongkok.

Saya berkunjung ke Beijing bagian barat menuju kantor pusat Asosiasi Daur Ulang Logam Tiongkok.

Di sebuah ruangan yang indah, wakil sekretaris jenderal asosiasi Zhang Xizhong menjelaskan bagaimana anggota organisasinya menghasilkan hampir Rp500 triliun per tahun dengan mendaur ulang 10 juta ton sampah aluminium, tembaga dan timah.

Tapi ekonomi Tiongkok yang melemah telah menurunkan permintaan terhadap sampah impor.

“Ekonomi melambat dan kita bisa liat di semester pertama tahun ini, volume dan nilai impor menurun. Permintaan logam di Tiongkok tetap besar tapi karena permintaan tidak sebanyak dulu maka mempengaruhi harga.”

Zhang mengatakan Tiongkok bisa melindungi lingkungannya dan menyelamatkan energi dan airnya yang berharga. Caranya, dengan memanfaatkan sampah ketimbang melebur logam baru.
 
“Pemerintah Tiongkok pada 2002 sudah membuat kebijakan yang menjadikan daur ulang sebagai pusat ekonomi kita. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam industri ini telah berkembang pesat berkat dukungan kebijakan pemerintah. Dan kami berharap kebijakan ini bisa terus membangun industri daur ulang di Tiongkok.”

Penjual sampah di seluruh dunia mengandalkan permintaan Tiongkok untuk membuat daur ulang tetap menguntungkan.

Tiongkok adalah pelanggan besar bagi Ranjit Baxi, yang menjalankan perusahaan perdagangan limbah yang berbasis di Inggris, J & H Sales International.
 
Ia juga anggota dewan Biro Daur Ulang Internasional (BIR), sebuah lembaga payung perusahaan daur ulang di seluruh dunia.
 
Pada musim gugur ini Baxi menerbitkan sebuah buku tentang bisnis daur ulang global berjudul Recycling our Future.

Buku ini menunjukkan daur ulang satu ton kertas menghemat 30 pohon, 26 ribu liter air dan lebih dari tiga meter kubik ruang Tempat Pembuangan Akhir. Dia berpidato  di depan peserta sebuah konferensi di Tiongkok pekan ini melalui sambungan telepon.
 
“Tiongkok mengimpor setengah juta ton kertas sebelum tahun 2000 dan saat ini Tiongkok mengimpor sekitar 30 juta ton. Pada saat yang sama, koleksi limbah kertas di dalam negeri Tiongkok sangat rendah sebelum tahun 2000. Tapi hari ini saya memperkirakan kalau di dalam negeri, Tiongkok bisa mengumpulkan hampir 50 juta ton sampah kertas.”

Baxi mengatakan lebih dari 80 persen sampah yang berada di Tempat Pembuangan Akhir bisa didaur ulang.
 
Tapi permintaan dari Tiongkok harus meningkat agar harga bisa bersaing.

Sementara itu Tiongkok juga memperketat impor limbah kertasnya.
 
“Tiongkok sedang mempertimbangkan untuk mengontrol jumlah impor serat pulih atau lisensi impor yang mereka keluarkan untuk pabrik kertas. Jadi mereka mencoba untuk mengurangi izin atau mengontrolnya.”
 
Dengan berkurangnya permintaan akan limbah, pengempul sampah di Beijing seperti Liu Aiguo mengatakan dia juga harus lebih selektif memilih sampah yang dibelinya dari para perempuan tua yang berbaris setiap pagi dengan gerobak sampah mereka di Dongzhimenwai.

Kata Liu, Tiongkok masih harus mendaur ulang sampah - dia pun akan terus membelinya.

  • Tiongkok
  • sampah
  • daur ulang
  • industri
  • Mark Godfrey

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!