INDONESIA

30 Tahun Tragedi Bhopal

30 Tahun Tragedi Bhopal

Tanggal 2 Desember malam tahun 1984, kebocoran gas dari pabrik Union Carbide yang dimiliki perusahaan Amerika membunuh ribuan orang.

Saat ini ada sedikitnya seratus ribu orang yang hidup dengan penyakit terkait kebocoran gas itu.

Tuntutan kasus kriminal terhadap perusahaan itu telah berjalan bertahun-tahun tapi perusahaan Amerika itu bersikukuh masalah itu telah diselesaikan bertahun-tahun lalu.

Menjelang peringatan 30 tahun bencana kebocoran gas, masyarakat Bhopal bersiap untuk berunjuk rasa.

Di sini di JP Nagar, tepat di samping Pabrik Union Carbide yang terbengkalai, puluhan orang tengah bersiap-siap berangkat ke New Delhi.

Mereka akan bergabung dengan seribu korban lainnya di ibukota untuk melakukan aksi jalan kaki ke parlemen.

Firdouz dan ibunya Semida ikut serta dalam kelompok itu.

“Kami akan bergabung dengan unjuk rasa tragedi kebocoran gas, tujuannya untuk mendapatkan kompensasi. Kami berharap mendapatkan hak kami,” kata Firdouz.

“Kami akan mengklaim hak kami. Sudah 30 tahun berlalu tapi tidak ada yang terjadi. Kami sakit sekaligus khawatir karena mereka tidak melakukan apapun. Mereka seharusnya memberikan hak kami. Kami berjuang demi hak-hak seluruh masyarakat Bhopal,” tambah Semida.

Lebih dari 500 ribu korban telah menerima kompensasi sekitar Rp 4,8 juta per orang.

Tapi banyak korban seperti Firdouz dan Semida mengaku tidak mendapatkan uang itu. Alasannya, mereka adalah penghuni kawasan kumuh yang tak punya kartu identitas.

Pemerintah India menyatakan jumlah yang lebih besar diberikan kepada orang yang sakit parah dan penyandang cacat. Juga buat siapa pun yang dirawat secara gratis di rumah sakit yang dibangun pemerintah.

Tapi pengunjuk rasa di Delhi menuntut tambahan Rp19 juta bagi setiap korban gas yang selamat. Jumlahnya lebih dari 500 ribu orang.

Tak jauh dari pabrik tua Union Carbide, di tengah kawasan kumuh yang terdampak kebocoran gas, ada klinik kesehatan.

Klinik ini dikelola Yayasan Sambhavna dan melayani sekitar 30 ribu pasien yang terdaftar.

Shanaz Ansari yang bekerja di sini menjelaskan masalah umum yang biasa dihadapi dan cara merawat pasien.

“Masalah pernapasan, mata, diabetes, jantung, hipertensi adalah penyakit umum yang diderita penduduk yang terpapar gas. Sedangkan ini adalah farmasi ayurvedic kami. Ada 200 spesies tanaman tumbuh di sini. Kunyit, jahe, kembang sepatu, lidah buaya, tulsi dan lainya. Karena pasien terpapar bahan kimia maka jika kita memberi mereka lebih banyak bahan kimia, selain sembuh akan ada efek samping.  Jadi kami mencoba mengobati mereka dengan obat-obatan tradisional.”

Zubeda Bee adalah salah satu korban kebocoran gas. Di kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam bencana itu.

Dia dan kerabat yang lain hingga kini punya masalah kesehatan bahkan yang lahir setelah 1984.

“Rasanya seperti panas terbakar. Mata saya mulai panas dan muncul asap. Kami juga batuk-batuk. Kami lalu lari. Delapan orang meninggal termasuk suami, saudara laki-laki, anak perempuan, keponakan, saudara ipar saya setelah kebocoran gas itu. Denyut jantung saya juga meningkat dan dada saya terasa nyeri. Kami menderita dan berusaha untuk ke rumah sakit. Dan ada juga yang terlahir seperti itu. Cucu saya tidak bisa memegang apa-apa dan tidak bisa bicara,” ungkap Zubeda.
 
Di Bhopal, ada sejumlah besar anak yang lahir dengan cacat lahir bervariasi mulai dari kebutaan, masalah pertumbuhan hingga gangguan mental.

Tidak ada penelitian yang dilakukan untuk menentukan apakah ini hasil dari awan gas tahun 84 atau konsumsi air tanah, yang dilaporkan terkontaminasi oleh limbah beracun yang merembes ke dalam tanah dari pabrik tua Union Carbide.

Perusahaan Union Carbide di situs yang dibuatnya Bhopal.com, menegaskan kalau tanah pabrik adalah tanggung jawab pemerintah negara bagian. Dan kondisinya tidak terkontaminasi seperti yang diklaim oleh para korban.

Mereka juga mengklaim kalau bencana kebocoran gas kemungkinan besar terjadi karena aksi sabotase seorang karyawan.

Kembali ke JP Nagar.

Lewat pengeras suara, Navaab Khan mengajak masyarakat untuk bergabung dengan protes Delhi.

Dia, seperti kebanyakan korban, percaya kalau bencana itu disebabkan oleh kelalaian dan sikap abai perusahaan terhadap tindakan pencegahan keselamatan.

Dia ingin perusahaan dan manajemen diadili atas tuduhan pembunuhan. Perusahaan Union Carbide tidak pernah hadir di pengadilan India, meski sudah dipanggil. Sedangkan Direkturnya di India, Warren Anderson, meninggal bulan lalu di Amerika Serikat tanpa pernah disidang.

Yang paling penting, kata Navaab Khan, adalah supaya hal seperti ini tak terjadi lagi.

“Jika Perdana Menteri Modi ingin perusahaan asing datang kemari, itu bagus untuk menyerap tenaga kerja. Tapi mereka harus bertanggung jawab. Jika ada insiden yang terjadi, harus jelas siapa yang bertanggung jawab. Tidak seperti Union Carbide yang lari. Jika Anda melakukan bisnis di India, Anda harus ikut aturan. Kami tidak ingin pembangunan yang seperti itu. Kami ingin pembangunan yang bertanggung jawab.”

Tanggal 3 Desember nanti di Bhopal, akan ditandai dengan aksi unjuk rasa, pertunjukan musik, pertemuan dan pawai lilin.

  • India
  • kebocoran gas
  • bencana industri
  • Bhopal
  • Aletta Andre

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!