INDONESIA

Ribuan Pekerja Asing Masih Terlantar di Arab Saudi

"Pemerintah Arab Saudi telah menahan dan mendeportasi puluhan ribu pekerja asing tanpa dokumen."

Bill Birtles Radio Australia

Ribuan Pekerja Asing Masih Terlantar di Arab Saudi
Arab Saudi, pekerja migran, amnesti, pengangguran, Radio Australia

Negeri Arab Saudi yang modern tak lepas dari campur tangan tenaga kerja asing.

Ada sekitar 9 juta pekerja asing di Kerajaan itu.

Mereka datang dari negara-negara seperti India, Pakistan dan Filipina.

Mereka bekerja hampir di semua jenis pekerjaan mulai dari konstruksi hingga rumah tangga.

Namun meningkatnya pengangguran di kalangan orang Saudi mendorong pemerintah mengumumkan amnesti bagi pekerja yang tidak berdokumen awal tahun ini.

Jika ingin tetap tinggal, maka harus punya dokumen. Jika tidak punya dokumen, silakan angkat kaki.

Dan awal bulan ini adalah batas terakhir amnesti.

Garry Martinez dari Migrante, sebuah organisasi migran asal Filipina.

“Ada ribuan orang Filipina yang terkena dampaknya. Banyak warga Filipina yang masih mengantri di luar kedutaan dan konsulat. Selain itu juga berdatangan telefon dari keluarga mereka di tanah air, yang bertanya-tanya bagaimana cara memulangkan keluarga mereka dari sana.”

Kata dia, saat ini ada ribuan pekerja Filipina di Arab Saudi yang ingin kembali ke tanah air.

Tapi mereka tak dapat bantuan yang memadai.

“Para pejabat Filipina di Arab Saudi tidak mendengarkan tuntutan mereka. Itulah sebabnya sebagian besar pekerja memutuskan untuk memasang tenda di luar kedutaan kami di Riyadh dan di luar konsulat kami di Jeddah.”

Apa saja masalah yang dihadapi para pekerja migran saat bekerja di Arab Saudi?

“Ada sistem Kafala atau program sokongan antara pemerintah Filipina dan Arab Saudi. Ini membuat para pekerja tidak bisa pindah tempat kerja karena sudah terikat kontrak. Beberapa dari mereka dianiaya, diperkosa, atau harus bekerja dari pukul 5 pagi hingga pukul 3 pagi keesokan harinya. Mereka juga tidak menerima gaji, dokumen perjalanan mereka ditahan, dan bahkan telepon pribadinya juga diambil.”

Sekitar 10 persen dari pekerja asing di Arab Saudi diyakini tinggal secara ilegal di sana.

KV Shamsudeen adalah pengelola Pravasi Bandhu Welfare Trust di Uni Emirat Arab, yang membantu pekerja India mengelola keuangan mereka.

Kata dia, banyak warga negara asing tidak berdokumen awalnya datang untuk berziarah dan kemudian tinggal untuk bekerja dan dianiaya oleh majikannya.

“Para majikan akan mengeksploitasi gaji, akomodasi dan semua fasilitas lainnya. Tidak hanya itu, pekerja terkadang harus membayar kepada sponsor yang sudah memberi mereka visa. Jadi ada banyak eksploitasi yang terjadi. Tapi ketika mereka jadi pekerja legal, semua pekerja dilindungi Undang-undang sehingga tidak akan dieksploitasi.”

Shamsudeen percaya tindakan keras terhadap imigran gelap tidak akan berlangsung lama.

Sebab penduduk setempat tidak mau melakukan pekerjaan bergaji rendah atau melakukan pekerjaan kasar yang biasa digarap pekerja asing.

“Penduduk setempat tidak mau mengerjakan pekerjaan semacam itu. Mereka tetap membutuhkan banyak pekerja asing untuk setidaknya 25 tahun ke depan. Jadi saat mereka merampingkan dan melegalkan ekspatriat, akan ada banyak peluang bagi ekspatriat untuk kembali bekerja dengan legal. Dan ini akan membuat meningkatkan skala gaji, serta membaiknya fasilitas lain seperti akomodasi dan transportas. Secara umum ini akan berdampak baik bagi pekerja asing.”

Dan Garry Martinez mengatakan meskipun ada tindakan keras, pekerja Filipina akan tetap datang ke Arab Saudi untuk bekerja di masa mendatang.

“Arab Saudi lah yang akan menderita karena mereka butuh tenaga kerja murah. Mereka butuh pekerja migran untuk melakukan pekerjaan kotor, sulit dan berbahaya. Dan tidak ada warga Saudi yang bersedia menggantikan mereka.”


  • Arab Saudi
  • pekerja migran
  • amnesti
  • pengangguran
  • Radio Australia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!