INDONESIA

Cina Ingin Beralih ke Kendaraan Listrik

"Pemerintah menawarkan subsidi supaya harga mobil listrik lebih terjangkau."

Mark Godfrey

Cina Ingin Beralih ke Kendaraan Listrik
Cina, mobil listrik, polusi, lingkungan, Mark Godfrey

Polusi udara di Cina makin kronis.

Untuk mengurangi dampaknya, Pemerintah mencoba meningkatkan jumlah mobil listrik di jalanan.

Pemerintah menawarkan subsidi supaya harga mobil listrik lebih terjangkau. Potongan harga sebuah mobil berpenumpang dengan tenaga listrik mencapai 110 juta rupiah.

Pada 2015, Beijing ingin melihat ada 50 ribu kendaraan listrik atau hibrid di jalanan.

Tapi banyak yang mempertanyakan kemampuan Beijing untuk menambah fasilitas pengisian ulang agar target itu bisa tercapai.

Salah satunya manajer pusat kebugaran bernama Lina Li, yang termasuk dalam sekitar 5 juta pengguna kendaraan bermotor di jalanan kota ini.

Seperti pengendara lainnya, mobilnya berbahan bakar bensin. Dia tidak pernah mempertimbangkan membeli mobil listrik.

“Mobil listrik terlalu mahal. Mobil seperti punya saya ini harganya lebih dari 340 juta rupiah. Sementara jika saya beli mobil listrik, harganya bisa dua kali lipat walau saya tahu ada subsidi dari pemerintah. Selain itu saya juga tidak melihat stasiun pengisian ulang. Saya tidak mau mobil saya mogok di tengah jalan.”  

Li bukan satu-satunya.

Saat melewati jalanan di pusat kota Beijing sulit menemukan tanda-tanda ada stasiun pengisian ulang atau petunjuk keberadaan stasiun itu. 

Ini penjelasan analis energi baru Ray Wen Hao.

“Beijing sudah membangun stasiun pengisian ulang terbesar di dunia bagi kendaraan listrik. Stasiun itu bisa mengisi ulang hingga 400 kendaraan per hari. Tapi sejauh ini stasiun pengisian ulang yang tersebar di seluruh kota memang belum memadai. Sebagian besar SPBU di Beijing dikelola perusahaan monopoli negara seperti PetroChina dan mereka tidak tertarik untuk menempakat unit pengisian ulang kendaraan listrik di SPBU mereka.”

Walikota Beijing berjanji akan mengatasi masalah pengisian ulang ini dengan  membangun ribuan stasiun pengisian ulang dan pos pengisian ulang yang lebih kecil di penjuru kota.

Ia juga berjanji akan terus mensubsidi harga mobil listrik hingga 50 persen dari harga normal.

Tapi itu tak cukup untuk mendongkrak penjualan kendaraan listrik kata analis energi, Ray Wen Hao.

“Beijing membatasi jumlah mobil di jalanan dengan mengenakan biaya pendaftaran yang sangat tinggi dan pembagian plat izin dengan sistem undian. Saat ini hanya 1 dari 7 pelamar yang dapat izin. Tapi jika mereka membebaskan  kendaraan listrik dari biaya-biaya itu maka orang akan mau membelinya karena izinnya lebih mudah di dapat.”

Sementara banyak juga yang yakin kalau mobil listrik bukanlah jawaban atas udara yang kotor di negeri ini.

Tingginya angka pertumbuhan mobil di kota itu dianggap hanya sebagian dari penyebab munculnya asap yang kerap menyelimuti kota itu.

Dan mengganti bensin dengan listrik juga tidak serta merta menyelesaikan masalah.

Tapi para ahli lingkungan percaya kalau mobil listrik hanya sebagian dari solusi masalah polusi ini, jika bahan bakar utama untuk memproduksi listrik bagi mobil-mobil ini adalah batu bara. Penggunaan batu bara terus menerus menjadi faktor utama pencemaran di Beijing.

Warga Beijing harus kembali ke sepeda, yang pernah merajai jalanan kota itu.

Di Beijing punya mobil artinya harus siap mengeluarkan uang banyak... untuk izin dan bahan bakar.

Tapi pengendara mobil pribadi seperti Lina Li enggan merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mobil listrik.

“Saya akan dengan senang hati membeli mobil listrik jika harganya masuk akal dan ada banyak tempat pengisian ulangnya. Jika tidak, saya akan tetap memakai mobil normal. Bagi saya yang penting mobil harus nyaman.”

Banyaknya mobil listrik di jalanan bisa jadi membantu Beijing membersihkan udara yang tercemar... tapi butuh waktu dan persiapan panjang sebelum kebijakan ini disambut warganya.


  • Cina
  • mobil listrik
  • polusi
  • lingkungan
  • Mark Godfrey

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!