CERITA

Muslim India Cemas Pasca Tewasnya Pria Yang Dituduh Makan Daging

Aksi unjuk rasa di New Delhi terkait tewasnya pria Muslim yang dituduh mengkonsumsi daging sapi. (Fo

Kegelisahan mendera negara bagian utara India, Uttar Pradesh, pasca massa Hindu membunuh seorang Muslim yang diisukan makan daging sapi.

Pembunuhan itu mengejutkan warga di seluruh negeri dan muncul tuntutan agar kelompok yang terlibat ditindakan tegas dan sesegara mungkin. 

Seperti yang dilaporkan koresponden Asia Calling KBR, Bismillah Geelani, banyak yang melihat kejadian itu sebagai konspirasi kelompok nasionalis Hindu. Tujuannya memecah belah masyarakat  berdasarkan agamanya menjelang pemilu negara bagian.

Asghari Begum yang berusia 82 tahun sedang berduka. Dia duduk di pintu depan rumahnya yang dirusak massa di distrik Dadri. Air mata membasahi wajahnya saat bercerita tentang kejadian yang berujung pada kekerasan dan pembunuhan anaknya Akhlak, yang berusia 50 tahun.

“Sekelompok orang tiba-tiba menggedor pintu kami; mereka berteriak, 'Buka pintu, buka pintu,’. Mereka juga melempar kotoran ke pintu. Kami sedang mencoba memahami situasi ketika beberapa dari mereka memanjat dinding luar dan menerobos gerbang utama. Mereka menggeledah seluruh rumah dan kemudian mulai memukuli kami. Beberapa dari mereka naik ke atas dan menyerang anak dan cucu saya,” kisah Begum.

“Saya bertanya pada mereka mengapa mereka melakukan semua ini. Tapi mereka terus memukuli kami. Saya bersembunyi di kamar mandi tapi mereka mendobrak pintu, lalu memukuli dan menendang saya. Anak dan cucu saya mengalami pendarahan hebat. Mereka menyeret mereka keluar dari rumah,” tambahnya.

Putri Akhlak yang berusia 17 tahun bernama Shaista berlari ke arah penyerang dan meminta mereka melepaskan ayah dan kakaknya. Tapi massa mengabaikan permintaannya.

“Mereka membawa pentungan, senjata dan pedang. Saat mereka menyeret ayah dan kakak, saya mengenali banyak dari mereka adalah tetangga kami. Saya memohon agar mereka berhenti dan meninggalkan rumah kami. Tapi mereka tidak mendengarkan. Mereka memukul kepala ayah saya dengan batubata. Dia pingsan dan mereka menyeretnya dan saudara saya ke jalanan,” tutur Shaista.

“Ada ratusan orang saat itu. Saudara saya dipukul di kepala, dada, dan wajah. Mereka berdua berlumuran darah tapi para penyerang terus menyeret dan memukuli mereka.”

Satu jam kemudian polisi datang dan membawa Akhlak serta putranya ke rumah sakit. Akhlak dinyatakan meninggal sementara putranya kritis.

Serangan di rumah Asghari Begum adalah akibat dari pengumuman yang disiarkan kuil setempat. Pendeta kuil itu mengaku beberapa pemuda setempat memaksanya membuat pengumuman.

“Saya sedang beritirahat di kamar karena tidak enak badan ketika mereka datang. Murid saya membuka pintu dan mereka minta dibuat pengumuman agar orang berkumpul di tempat tertentu karena seseorang telah membunuh seekor sapi di desa. Murid saya bilang saya sedang sakit dan meminta mereka melakukannya sendiri. Tapi mereka bersikeras saya yang harus melakukannya. Mereka menekan saya dan saya melakukannya.”

Dan hitungan menit, ratusan penduduk desa berkumpul di sekitar rumah Asghari Begum dan menyerang keluarganya.

Asghari Begum tidak bercaya kalau tidak ada satu pun tetangganya yang menyelamatkan mereka. Begum mengatakan mereka adalah sebuah desa yang telah mempertahankan kerukunan bahkan selama masa terburuk.

“Keluarga kami sudah tinggal di sini selama beberapa generasi. Saya lahir dan menikah di desa ini dan kami menjalin hubungan yang sangat baik dengan tetangga Hindu kami. Kami tidak pernah bertengkar dengan tetangga dan tidak punya musuh di sini. Kami merayakan hari raya bersama-sama, saling berkunjung, dan berbagi makanan. Semuanya baik-baik saja selama bertahun-tahun tapi hari ini mereka membunuh anak saya tanpa ampun. Mengapa? Apa yang dilakukannya sehingga layak diperlakukan seperti ini?” tuntut Begum.

Tapi banyak orang, termasuk pemimpin agama Hindu, Swami Agnivesh, tidak terkejut.

Dia mengatakan kelompok Hindu menikmati dukungan dari penguasa untuk menciptakan suasana ketakutan dan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat di seluruh negeri.

“Dengan cara politik polarisasi yang sedang dimainkan di negara ini  terutama setelah pemerintah saat ini berkuasa, insiden seperti ini pasti akan terjadi. Ini konspirasi untuk memecah belah masyarakat dengan menargetkan kelompok minoritas sehingga suara umat Hindu bisa disatukan. Mereka pernah melakukannya sebelum pemilu dan mereka melakukannya lagi sekarang karena pemilu di negara bagian Bihar dan Uttar Pradesh akan segera digelar,” kata Swami Agnivesh.

Pembunuhan itu mengejutkan masyarakat di seantro negeri. Aksi protes terjadi di beberapa tempat untuk menunjukkan solidaritas kepada keluarga yang berduka dan menuntut pelaku segera ditindak dan dihukum berat.

Aktivis sosial Shabnam bergabung dengan salah satu aksi protes di New Delhi.

“Semua orang tahu siapa yang tertarik melakukan ini semua. Mereka ingin melakukan kepada umat Muslim dan Kristen, seperti yang dilakukan Hitler kepada orang Yahudi. Tapi mereka harus tahu kalau ini bukan budaya kita dan kita tidak akan membiarkan hal itu terjadi di sini,” kata Shabnam.

Tapi di desa tempat pembunuhan terjadi, sentimen yang muncul sama sekali berbeda. 

Sebagian besar penduduk desa tidak peduli dengan kejadian itu sementara beberapa secara terbuka mendukung pembunuhan itu. Mereka menuduh keluarga itu menyembelih sapi dan memakan dagingnya.

Penduduk desa juga menolak upaya polisi untuk menangkap orang-orang yang diduga terlibat sehingga tentara turun tangan.

Para politisi yang mengunjungi desa itu pasca kejadian, menambah buruk situasi.  Mahesh Sharma seorang menteri senior di pemerintahan Modi mengatakan serangan itu adalah sebuah kecelakaan.

“Kecelakaan ini terjadi karena beberapa kesalahpahaman. Ini  tidak ada hubungannya dengan komunalisme sehingga harus diperlakukan sebagai kecelakaan dan masyarakat seharusnya tidak mempolitisasi itu. Namun sayangnya ketika oposisi tidak punya isu, mereka menggunakan isu ini dan memberinya warna komunal.”

Tapi pemimpin politik Muslim dan anggota parlemen Asaduddin Owaisi mengkritik Partai Bharatiya Janata (BJP) untuk apa yang disebutnya persetujuan diam-diam partai atas serangan kekerasan di komunitas Muslim.

“Ini bukan kecelakaan. Ini konspirasi yang direncanakan dan pola pikir di balik ini sama, yaitu tidak ingin melihat India bersatu dan memandang Muslim India dengan kecurigaan. Ini bukan tentang daging; mereka diserang karena iman mereka,” kata Owsaisi.

Polisi telah menangkap puluhan orang tersangka dan pemerintah mengatakan yang bersalah akan diadili.

“Keluarga itu kehilangan anggota keluarganya. Kita memang tidak bisa membawa dia kembali, tapi saya meyakinkan keluarga dan masyarakat, kalau pelaku kekerasan ini tidak akan bisa lari dan keadilan akan ditegakkan,” janji Akhilesh Yadav, Gubernur Uttar Pradesh.

Pemerintah juga mengerahkan sejumlah besar anggota polisi ke daerah itu dan situasi tampaknya sudah terkendali. Tapi terasa ada rasa ketidakamanan dan ragu-ragu, terutama di kalangan keluarga Muslim.

Banyak dari mereka sudah meninggalkan desa itu sementara yang lain sedang memantapkan hati mereka untuk pindah selamanya.

Jaminan pemerintah untuk memberikan keselamatan dan keamanan gagal meyakinkan umat Islam seperti Sharifa Bibi untuk tetap tinggal.

“Keberadaan kami tidak diakui dan kami tidak punya martabat di sini. Kami tidak bisa tinggal di desa ini lagi. Kami belum bisa tidur sejak kejadian itu. Di sini sudah tidak aman,” ungkap Sharifa Bibi.

 

  • Bismillah Geelani
  • India larang daging sapi
  • kekerasan komunal India

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!