INDONESIA

Penjara Tanpa Tembok di Filipina

"Tiga ribu narapidana yang hidup dan bekerja di lahan seluas 30 ribu hektar. Lokasinya di salah satu daerah terindah di negara itu."

Penjara Tanpa Tembok di Filipina
Filipina, Iwahig, penjara, hukum, Jofelle Tesorio dan Ariel Carlos

Di Filipina, sejumlah narapidana pembunuhan dan pemerkosa tidak dihukum mati. Mereka malah di kirim ke penjara tanpa tembok. Salah satunya adalah Carlo Mercedez.

Dia bekerja seperti kebanyakan orang lain. Bekerja di depan komputer di kantor sederhana ini selama delapan jam per hari, dari Senin hingga Jumat.  

“Akhir pekan saya libur dan menghabiskan waktu bersama keluarga,” kata dia.

Carlo adalah seorang narapidana yang dihukum 30 tahun karena kasus pemerkosaan. Pekerjaannya hari ini diakhiri dengan absen kehadiran.

“Pukul 6 pagi kami diabsen, lalu bersiap-siap untuk pergi ke kantor pukul 8. Kami pulang pukul 12 untuk makan siang dan kembali ke kantor pukul 1. Pukul 4 sore kami diabsen lagi. Lalu kami pulang.”

Dia adalah satu dari tiga ribu narapidana yang berada di penjara tanpa dinding yang unik ini.

“Saya sudah berada di Iwahig selama tujuh tahun. Saya tidak tahu kapan akan dibebaskan. Tapi saya sudah menjalani hukuman minimal sejak 2011.”
 
Karena Carlo sudah menjalani masa hukuman minimalnya, dia dibolehkan tinggal di rumah singgah bersama istrinya dan ketiga anaknya. Mereka bersekolah di sekolah yang ada di dalam penjara terbuka ini,

Narapidana yang lebih baru menjalani hukuman karena kasus pembunuhan, pemerkosaan dan narkoba. Mereka juga bebas bekerja di dalam lingkungan penjara saat siang hari. Di malam hari mereka dikurung dalam sel.

“Iwahig disebut Penjara Tanpa Tembok,” kata Richard Schwarzkopf, kepala penjara.

Dia bangga Iwahig menjadi salah satu penjara terbuka terbesar di dunia dan satu-satunya di Asia.

“Keunikan Iwahig sebagai penjara tanpa tembok adalah karena tempatnya yang sangat luas, lingkungannya alami dan cara kami memperlakukan para narapidana. Menurut saya, beberapa program kami yang yang sudah berjalan bisa diadopsi jika cocok dengan fasilitas penjara lain.”

Di lahan penjara seluas 30 ribu hektar itu terdapat sawah, kebun kelapa, peternakan ayam, kolam ikan dan kebun sayuran. Para narapidana diberi pekerjaan sesuai kemampuan mereka, mulai dari berkebun hingga kerja kantoran.

Dan tempat itu juga menarik minat wisatawan. Aldrin yang dihukum 20 tahun penjara untuk kejahatan yang tidak mau dia ceritakan, mendapat uang dari menjual cinderamata kepada wisawatan.

“Orang-orang yang mau melihat Penjara Iwahig, kebun para narapidana dan gedung bersejarah kami, silahkan datang kemari. Anda bisa membantu kami dengan berkunjung ke tempat ini dan membeli cinderamata.”

Salah seorang pengunjung hari ini adalah Jobert James dari Manila.

“Ketika kita dengar kata penjara, biasanya kita akan berpikir tentang narapidana yang dikurung dalam sel. Jadi saya pikir Iwahig adalah tempat yang berbahaya karena para napinya berada di luar. Saya takut mereka akan menyakiti kami. Karena mereka bersalah melakukan kejahatan. Tapi sekarang pandangan saya berubah. Tempat ini sangat aman.”

Selama masa penjajahan Spanyol, para pemberontak diasingkan ke daerah ini. Sementara saat Amerika berkuasa, tempat ini juga dijadikan penjara.

Penjara itu dikelilingi hutan bakau yang lebat, pegunungan dan sebuah jalan raya. Pagar alami ini menjadi satu-satunya pembatas para narapidana dengan dunia luar.

Itulah tugas Xerxes Sebido sebagai penjaga penjara untuk menjaga para napi. Dia mengaku setiap tahun ada empat atau lima narapidana yang kabur.

“Tidak mudah menjaga begitu banyak napi. Tapi jumlah penjaga sudah ditambah. Kami juga memberlakukan langkah keamanan baru. Selain itu, kami juga memperkuat program rehabilitasi dan reformasi. Ini akan memperjelas pandangan para napi tentang kehidupan sehingga tidak akan berpikir untuk kabur.”

Xerxes dan para penjaga lainnya juga tinggal di sini. 

“Kami juga diberi lahan di sini untuk membangun rumah sehingga kami bisa tinggal bersama keluarga. Ini akan membantu bila terjadi masalah di penjara semisal ada napi yang kabur.”

Kepala penjara Richard Schwarzkopf Jr mengatakan biasanya napi yang kabur dengan mudah ditangkap kembali. Dia mengaku lebih senang bila tidak ada kabur. Tapi untuk itu dia tidak membangun tembok  tapi berupaya membuat para napi betah tinggal di penjara itu.

“Ada banyak program reformasi yang sedang dilaksanakan dan ditingkatkan seperti pendidikan dasar dan kejuruan teknik bagi para napi. Selain itu ada program moral dan keagamaan, olahraga dan rekreasi, modifikasi prilaku, kesehatan dan kesejahteraan, pekerjaan dan mata pencarian.” 

Kembali ke kantor, narapidana Carlo Mercedez sedang menyalin dokumen ke komputernya. Dia mengaku beruntung bisa tetap tinggal bersama keluarganya. Tapi ia tetap ingin bisa hidup di luar penjara terbuka ini.

“Sebagai napi yang bisa hidup bersama keluarga, saya merasa senang. Tapi sebagai narapidana, saya tidak sebahagia pria bebas yang hidup dalam masyarakat.”

Kepala penjara Richard Schwarzkopf Jr mengatakan hanya 10 persen narapidana Iwahig yang kembali masuk penjara setelah dibebaskan dari sini. Angka ini lebih rendah dari angka rata-rata nasional. Di penjara itu juga tidak pernah terjadi kerusuhan atau aksi melarikan diri massal.

Sementara sebagian besar penjara lain di Filipina punya kondisi yang memprihatinkan. Dimana jumlah narapidana yang ada dalam satu sel yang suram melebihi kapasitas, kondisi sel yang pengap dan mereka harus tidur bergiliran.

  • Filipina
  • Iwahig
  • penjara
  • hukum
  • Jofelle Tesorio dan Ariel Carlos

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!