INDONESIA

Langkanya Bidan di Burma

"Kementerian Kesehatan Myanmar mengakui kalau negaranya kekurangan bidan dalam jumlah besar."

Langkanya Bidan di Burma
Burma, Myanmar, Bidan, kesehatan, DVB

Kementerian Kesehatan Myanmar mengakui kalau negaranya kekurangan bidan dalam jumlah besar.

Pejabat kesehatan senior mengatakan, hanya 10 ribu bidan yang dipekerjakan di 60 ribu desa.

Ko Swe berkunjung ke sebuah desa di Divisi Bago, hampir 100 kilometer dari Yangon untuk berbincang dengan ibu-ibu setempat soal pengalaman mereka.

Ma Thein Tin adalah ibu dari 6 anak. Ia harus melahirkan anak bungsunya tanpa bantuan bidan.

“Sang Bidan sedang pergi ke Kawa – tidak jauh dari sini.”

Ada tiga ribu orang yang tinggal di Desa San San Lwin. Dan satu bidan yang ada harus juga menangani mereka di wilayah lain.

Beberapa tahun lalu, ada sebuah tragedi, kata Nyut Ye perempuan berumur 61 tahun, seorang bidan tak resmi di desa tersebut.

“Saat itu sang bidan tengah bertugas di desa tetangga. Kami menunggunya di rumah. Saya baru saja selesai makan siang dan seorang ibu hamil pamit ke toilet..sekembalinya dari luar, air ketubannya pecah.”

Nyut Ye tidak punya pendidikan formal sebagai bidan. Tapi dia kerap membantu proses melahirkan di sekitar desa.

“Perawat tidak kunjung datang, kami tidak bisa menunggu lagi karena sang ibu sudah benar-benar tidak dapat menahan sakit. Karena diminta, maka saya membantu proses kelahirannya. Bayi perempuan itu akhirnya lahir tapi sayangnya sudah tidak bernyawa.”



Bagi banyak orang, biaya melahirkan di rumah sakit terlalu mahal.

Putri tertua Ma Thein sampai harus meminjam uang 2 juta rupiah.

Sekarang Thandar Oo, 21 tahun, adalah seorang ibu dari bayi perempuan berumur 9 bulan.

“Saya sudah menjual semua barang-barang saya termasuk sepasang anting tapi saya masih harus mencari pinjaman lagi sekitar Rp. 700 ribu. Sampai sekarang saya baru bisa mengembalikan Rp. 300 ribu saja.”

Ma Aye, perempuan berumur 39 tahun sekarang tengah mengandung 5 bulan.

“Saya sudah mendengar banyak orang yang mengeluh tentang mahalnya biaya rumah sakit. Terus terang, hal itu membuat saya kecil hati. Jadi saya memutuskan untuk melahirkan anak saya di rumah saja.”

Pemerintah Burma hanya mengalokasikan 4 persen anggaran negara untuk sektor kesehatan. Aktivis kesehatan, Dr Myo Mint mengatakan perlu adanya peningkatan anggaran kesehatan.

“Berapa jumlah pendapatan negara? Berapa persen dari hasil pajak yang dialokasikan untuk sektor kesehatan? Meskipun membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam pelaksanaannya namun sistem semacam ini dapat berhasil.”

Resiko komplikasi saat melahirkan seperti yang dialami Aye Aye Aung akan terus menghantui perempuan jika pemerintah tidak segera mengambil langkah tegas.

“Saya tidak ingin bidan pergi jauh-jauh. Karena jika dia selalu berpergian maka siapa yang akan menolong kami?”


  • Burma
  • Myanmar
  • Bidan
  • kesehatan
  • DVB

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!