INDONESIA

Konser Jerman yang Kontroversial di Kashmir

"Sebuah konser musik internasional baru-baru ini digelar di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Tapi kelompok separatis dan aktivis HAM menuntut pertunjukan itu ."

Bismillah Geelani

Konser Jerman yang Kontroversial di Kashmir
India, Kashmir, Jerman, Zubin Mehta, Bavarian State Orchestra

Di Taman Shalimar, di tepi Danau Dal, sekitar dua ribu orang berkumpul untuk mendengarkan pertunjukan musik perpaduan musik klasik Eropa dan tradisional Kashmir.

Konser ini berjudul “The Feel of Kashmir” – dihelat oleh Kedutaan Besar Jerman di India bekerja sama dengan pemerintah Jammu dan Kashmir.

Duta besar Jerman untuk India, Michael Steiner mengatakan, ini adalah persembahan budaya dari Jerman untuk Kashmir.

“Jarak Munich dan Srinagar itu 7076 kilometer. Dan malam ini jaraknya menjadi 0. Warisan budaya Jerman dan Eropa berpadu dengan Kashmir dan warisan budayanya, keindahannya... ini adalah perjalanan yang rumit.”

Konser ini menampilkan kelompok musik tertua di Jerman, Bavarian State Orchestra, dan dipimpin oleh maestro musik kelas dunia, Zubin Mehta.

Bagi Mehta, ini adalah mimpi yang jadi kenyataaan.

“Saya telah menantikan dan memimpikan saat ini seumur hidup. Dan setiap orang di subkontinen ini pasti sepakat dengan saya kalau di sinilah seharusnya konser digelar.”

Ini adalah kali pertama acara budaya sebesar ini dilakukan di Kashmir.

Jadi Mehta agak geram dengan kontroversi seputar konser ini.

“Jujur saja, bapak dan ibu sekalian. Dengan datang ke sini dan menonton orkes hebat ini, juga dengan pemain solo yang hebat  malam ini... Mungkin ada beberapa yang telah kami sakiti secara tak sengaja karena kami ingin melakukan sesuatu yang baik. Tapi begitu musik mulai, gelombang positif mengalir dari panggung ke seluruh Kashmir, kepada seluruh teman kami, pengkritik kami. Semoga Tuhan memberkati kalian.”

Pasukan India ditempatkan di kota ini untuk mengamankan konser yang terus melaju meski ada tuntutan dari separatis Kashmir untuk membatalkan.

Kata mereka, India memakai konser ini untuk mengalihkan perhatian dunia dari konflik yang terus berkecamuk di Kashmir.

Mirwaiz Umar Farooq adalah Ketua Konferensi Seluruh Partai Hurriyat – forum yang mewakili beberapa kelompok separatis.

“Dari sisi budaya, kami bangga dengan budaya, warisan dan kesenian khas Kashmir. Tidak ada yang menentang acara yang ingin mempromosikan hal-hal tersebut. Tapi kalau ada agenda politik tersembunyi... karena pemerintah India dan Kashmir ingin memberikan impresi kalau semuanya normal saja di Kashmir... itu tidak benar. Yang sebetulnya terjadi, pembunuhan terjadi setiap hari.”

Wilayah Kashmir diklaim oleh India dan Pakistan. Di sini telah berlangsung ketegangan bersenjata melawan pendudukan India sejak 1989.

Puluhan ribu orang, kebanyakan warga sipil, tewas.

Kelompok separatis telah meminta Pemerintah Jerman untuk membatalkan acara ini.

“Jika Pemerintah Jerman betul-betul ingin melakukan sesuatu demi warga Kashmir, mereka harusnya membantu dan berkontribusi dalam bidang kesehatan, pendidikan, atau membantu menyelamatkan Danau Dal yang sekarat, yang juga bagian dari kebudayaan kami.”

Tapi duta besar Jerman bersikukuh konser ini murni ajang budaya.

Kelompok separatis menuntut pembatalan acara di hari berlangsungnya konser.... dan ini nyaris terjadi.

Sejumlah kelompok lokal lain yang juga menentang konser memilih untuk menghelat konser tandingan tak jauh dari konser utama.

Konser ini berjudul “The Reality of Kashmir” – dihadiri oleh artis lokal, pemain teater dan pembacaan puisi yang menggambarkan kesusahan yang dialami orang Kashmir karena konflik yang terus berlanjut.

Hameeda Naeem adalah salah satu panitia.

“Kami harus menyalurkan protes kami dan perlawanan terhadap semua langkah yang ingin mengatakan tidak ada lagi konflik di Kashmir. Juga anggapan kalau orang Kashmir telah menyerah dan menerima dominasi India.”

Selagi kedua konser ini berlangsung, 4 orang tewas dalam penembakan di kota – dan ini seperti mengingatkan betapa rapuhnya perdamaian di Kashmir.

Kembali ke konser yang disponsori Kedutaan Jerman, Menteri Umar Abdullah menyadari situasi yang terjadi, namun ia berkata, semua orang berhak untuk rehat sejenak.

“Besok matahari kembali bersinar di atas wilayah yang bermasalah... wilayah yang menderita... yang memperjuangkan perdamaian. Tapi untuk  beberapa jam saja malam ini, mari biarkan musik membangkitkan semangat kita, menerangi jiwa kita dan membiarkan kita untuk bermimpi akan masa depan yang lebih baik dan damai.”


  • India
  • Kashmir
  • Jerman
  • Zubin Mehta
  • Bavarian State Orchestra

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!