INDONESIA

Chin Peng: Gerilyawan Komunis yang Tetap Dibuang Walau Sudah Meninggal

"Chin Peng, pejuang kemerdekaan Malaysia sekaligus gerilyawan komunis yang bengis, baru-baru ini ia meninggal di Thailand pada usia 90 tahun."

Chin Peng: Gerilyawan Komunis yang Tetap Dibuang Walau Sudah Meninggal
Malaysia, Chin Peng, Komunis, Malaysiakini

Saat Malaysia merayakan 50 tahun kemerdekaannya...

Di sebuah desa kecil di dekat perbatasan Thailand... keluarga Chin Peng tengah berduka.

Ia adalah pejuang kemerdekaan Malaysia sekaligus gerilyawan komunis yang bengis.

Baru-baru ini ia meninggal di Thailand pada usia 90 tahun.

Chin merupakan komandan gerilya tertinggi terakhir yang berjuang melawan penjajahan di Asia. Dia berada di kelompok yang sama dengan Sukarno dari Indonesia, Ho Chi Minh dari Vietnam dan Aung San dari Burma.

Tapi di Malaysia, masyarakat punya sikap berbeda terhadap Chin Peng kata pensiunan Jenderal Akanit Muansawad dari Thailand.

“Orang yang tidak menyukai Chin Peng mungkin pernah mengalami penderitaan akibat kegiatan Chin Peng. Tapi ada juga yang menghormati dia sebagai pemimpin dan dia adalah pahlawan.”

Chin Peng muda berjuang bersama pasukan Inggris melawan Jepang saat Perang Dunia II.

Dia bahkan dianugerahi gelar dari Kerajaan Inggris.

Tapi tahun 1948 dia mulai berjuang untuk mendirikan sebuah negara Komunis yang merdeka.

Diperkirakan 10  ribu orang tewas saat masa darurat ketika pemberontak mulai mucul.

Saat itu, ada kampanye untuk berperang di hutan yang memunculkan tuduhan terjadi aksi brutal yang dilakukan kedua pihak.

Kesepakatan damai ditandatangani tahun 1989. Sejak itulah Chin Peng mulai menjalani hidupnya di pengasingan

Baru-baru ini upacara pembakaran jenazahnya digelar di Bangkok.

Di sana hadir keluarga dan sahabat untuk memberikan penghormatan terakhir.

Salah satunya adalah Lao Chiang, teman seperjuangannya.

“Pemerintah memburu saya selama beberapa tahun dan secara resmi memasukkan nama saya dalam daftar pencarian orang pada 1954. Sehingga gambar saya ada dimana-mana. Karena itu saya pergi dan masuk hutan.”

Dia pun tak boleh pulang.

“Saya tidak bisa pulang ke Malaysia setelah ibu saya meninggal. Kalau mau pulang, maka saya harus menyerahkan diri dan membuat pengakuan bersalah. Pemerintah bahkan tak mengizinkan kami menjenguk keluarga. Saya tidak akan kembali dan menyerah. Saya mendedikasikan seluruh hidup saya untuk memperjuangkan revolusi.”

Meski sudah meninggal, Chin Peng tetap tidak boleh kembali ke Malaysia.

Najib Abdul Razak, Perdana Menteri Malaysia.

“Kita tidak boleh melupakan korban komunis. Para korban sangat peka soal ini dan ada banyak korban meninggal. Ada banyak orang terluka, kehilangan pendapatan dan sebagainya. Ada penolakan jika abunya dibawa ke Malaysia.”

Tapi tak semua orang berpendapat seperti itu.

Sejumlah anggota parlemen dari kelompok oposisi dan koalisi penguasa yakin kalau abu Chin Peng seharusnya bisa pulang ke rumah.

Tian Chua, anggota parlemen dari kelompok oposisi, bahkan hadir di upacara pemakaman Chin Peng. 

“Kita harus mengakui kalau dia adalah bagian dari sejarah Malaysia, terlepas dari setuju atau tidaknya kita dengan ideologinya atau bentuk perjuangannya. Dia dan generasinya membentuk kita hari ini. Bersama para pemimpin Asia Tenggara lainnya mereka membentuk peta Asia Tenggara.”

Akanit adalah pensiunan jenderal asal Thailand.

Ia terlibat dalam perjuangan melawan partai komunis di perbatasan.

Dan dia adalah satu dari sedikit orang yang memaafkan Chin Peng.

“Saya berperang melawan komunis. Dalam setahun saya kehilangan 50 prajurit, 30 meninggal dan 20 luka-luka di bawah komando saya. Tapi saya bisa memaafkannya.”

Terlepas dia akan diampuni atau tidak, keputusan sudah diambil.

Dan baru-baru ini Parlemen memanggil Menteri Dalam Negeri Zahid Hamidi – mempertanyakan kenapa abu Chin Peng tak boleh pulang ke Malaysia.

“Sikap kami sudah bulat. Seperti yang disampaikan Perdana Menteri, abunya tidak boleh dibawa pulang. Ini bukan Cuma soal abu. Tapi sejumlah orang bakal membangun tugu atau membuat pengakuan dalam bentuk-bentuk lain.”

Dan keputusan terhadap anggota partai komunis yang sudah meninggal ini dianggap tidak adil, termasuk oleh Lao Chiang.

“Menurut saya pemerintah Malaysia tidak menghormati kata-kata mereka. Mereka tidak bisa menghapus masa lalu seperti yang dijanjikan dalam perjanjian damai. Mereka menandatangani kertas itu tapi melanggarnya. Kami tidak begitu. Kami menghormati perjanjian itu.”

Tapi bagi keluarga, keputusan pemerintah harus dihormati.

Keponakan Chin Peng mengatakan, abu jenazah tidak akan diselundupkan ke Malaysia.

Bagi keluarga, Chin Peng layak kembali ke rumah dengan cara yang lebih bermartabat.


  • Malaysia
  • Chin Peng
  • Komunis
  • Malaysiakini

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!