Bagikan:

Tepat setahun lalu, Pakistan mengalami bencana industri terburuk.

INDONESIA

Selasa, 24 Sep 2013 13:31 WIB

Pakistan, Ali Enterprise, kecelakaan di tempat kerja, Shadi Khan Saif, Naeem Sahotara

Tepat setahun lalu, Pakistan mengalami bencana industri terburuk.

September tahun lalu, pabrik garmen Ali Enterprise terbakar dan hangus, 250 orang tewas.

Salah satunya adalah Saeed George yang berusia 28 tahun.

Inilah saatnya berdoa dan mengenang mereka yang sudah pergi.

Lilin-lilin dinyalakan dan foto-foto korban kebakaran ditaburi bunga mawar.

September tahun lalu, kebakaran meluluhlantakkan pabrik garmen milik Ali Enterprise. 250 orang lebih tewas.

Kebanyakan korban adalah laki-laki, pencari nafkah keluarga…

Mereka meninggalkan istri dan anak yang masih kecil.

Elizabeth George, 53 tahun, mengenang kematian anaknya di gereja ini.

Tubuh Saeed George yang berusia 28 tahun hangus hingga tak bisa dikenali.

“Ketika SMP, anak saya sengaja putus sekolah supaya bisa bekerja dan membantu keluarga. Ayahnya seorang pecandu narkoba dan penggangguran. Saeed bertekad untuk memperbaiki perekonomian keluarga kami.”



Orang tua Saeed, dua paman, dua sepupunya dan anggota keluarga lainnya tinggal di rumah yang sempit.

Adik perempuan Maria lah yang paling merasakan kepergian Saeed.

“Saya berharap dia masih hidup. Kami selalu merindukannya terutama setiap kali ada keadaan darurat di rumah, misalnya saat ada yang sakit.”

Sepupu Saeed, Khuram Lazarus adalah orang yang terakhir kali berbincang dengan Saeed lewat telfon seluler.

“Kata dia, ‘di sini sulit untuk bernafas... api sudah ke mana-mana, ada asap di mana-mana. Tolong sampaikan permohonan maaf saya kepada semua orang.’

Selama berminggu-minggu mereka mencari jenazah Saeed di berbagai rumah sakit dan rumah jenazah.

Keluarga yakin, Saeed adalah satu dari 17 orang yang dikubur massal... yang tubuhnya hancur dan tak bisa dikenali lagi, kata Maria.

“Kami tidak menguburkannya dengan layak. Kami ingin seperti orang lain yang bisa menguburkan anggota keluarga mereka. Rasanya seperti ada yang kurang.”

Pabrik garmen Ali Enterprise terbakar akibat meledaknya mesin uap. Bahan kimia di dalam pabrik ikut menyulut api.

300-400 pekerja sedang bekerja saat kebakaran terjadi.

Beberapa aktivis sosial mengatakan, bencana kebakaran memang tinggal menunggu waktu karena keamanan pabrik tak memenuhi syarat.

“Pabrik garmen Ali tidak mempunyai sistem alarm kebakaran. Jadi tidak ada seorang pun tahu jika ada salah satu ruangan terbakar. Itu sangat berbahaya dan itulah mengapa banyak korban berjatuhan.”

Pengadilan Tinggi setempat tengah menggelar kasus tuntutan kriminal terhadap pemilik pabrik.

Para terdakwa telah dibebaskan dengan jaminan, termasuk pemilik pabrik.

Tuntutan pun telah dikurangi dari pembunuhan menjadi kelalaian, kata jaksa Shazia Hanjira.

“Polisi telah membatalkan pasal 302 dari KUHP Pakistan. Pasal ini memuat tentang pembunuhan yang diakibatkan kelalaian. Polisi harusnya bekerja untuk negara bukan malah membantu si tersangka.”

Seperti kebanyakan keluarga korban, keluarga George tak ambil pusing dengan proses hukum yang diperkirakan bakal berlangsung lama.

Mereka sekarang lebih khawatir bagaimana memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari..


Kirim pesan ke kami

Whatsapp
Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

Malaysia Salahkan Karhutla RI

UGM Kembali Sabet Juara Umum ke 7 Kalinya di Kontes Robot Terbang Indonesia

Kabar Baru Jam 7

Weight Management : Gak Sekadar Atur Pola Makan

Hati-Hati Modus Baru Pinjol Perorangan!

Most Popular / Trending