INDONESIA

Jumlah Masyarakat Kelas Menengah di Filipina Naik

"Pertumbuhan ekonomi Filipina pada kuartal pertama 2013 mencapai hampir 8 persen, melampaui angka pertumbuhan Cina."

Jofelle Tesorio and Ariel Carlos

Jumlah Masyarakat Kelas Menengah di Filipina Naik
Filipina, kelas menengah Filipina, pertumbuhan ekonomi, Jofelle Tesorio dan Ariel Carlos

Pertumbuhan ekonomi Filipina pada kuartal pertama 2013 mencapai hampir 8 persen, melampaui angka pertumbuhan Cina.

Jumlah masyarakat kelas menengah terus berkembang…

Kini semakin banyak orang punya uang untuk berwisata, punya kendaraan bermotor dan barang-barang mewah lainnya.

Lebih dari satu juta wisatawan berkunjung ke kota Puerto Princesa, ibukota Palawan setiap tahun.

 Kebanyakan pengunjungnya adalah wisatawan asing…Tapi dalam beberapa tahun terakhir ada yang berubah – wajah-wajah turis asing mulai berkurang.

Pengusaha hotel butik berbudget, Roel Almonte mengatakan bisnisnya berjalan dengan baik

“Sebagian besar tamu hotel saya adalah wisatawan lokal yang hanya sekedar melancong atau perwakilan perusahaan.”

Neil Guarino telah bekerja sebagai pemandu wisata selama tiga tahun.

Kata dia, wisatawan lokal yang datang melancong tidak segan untuk membelanjakan uang mereka.

“Tip paling besar saya terima selama ini malah dari orang Filipina bukan turis asing. Mereka sangat murah hati. Jika tidak punya uang tunai, mereka akan memberikan Anda sebuah kaos atau cinderamata yang baru saja mereka beli di sini.”

Dia mengatakan mereka yang kerap memberikan tip besar adalah profesional muda yang bekerja di bidang call center. Tahun lalu, sektor tersebut menyumbang devisa negara Filipina lebih dari 100 triliun rupiah.

Filipina disebut sebagai ibukota call center dunia. Artinya, mereka yang bekerja di sana mendapat gaji yang kompetitif dan mereka mencari cara tepat untuk menghabiskan uang.

“Mereka sadar merek. Pakaian yang dikenakan pasti bermerek…Begitu juga dengan gadget – kamera paling bagus dan mahal, ponsel pintar dan juga tablet. Bagi mereka semua itu hukumnya wajib dalam melakukan perjalanan.”

Helen Donesa-Cebalo adalah bagian dari kelas menengah Filipina.

Ibunya bekerja sebagai guru dan ayahnya bekerja sebagai pegawai negeri.

Helen mengatakan, perjalanan kariernya tidaklah mudah. Dia harus bersusah payah untuk mencapai posisi manajer bank. Baru-baru ini dia mengundurkan diri untuk mendirikan kantor akuntan sendiri.

“Dulu orangtua saya hanya berpikir bagaimana cara mendapatkan uang untuk kami sekolah serta memberikan kehidupan yang layak. Perjalanan wisata sama sekali tidak pernah terlintas dibenak mereka. Tapi sekarang, setidaknya setahun sekali kami bisa pergi wisata dengan orangtua kami.”

Dibandingkan orangtuanya dulu, Helen merasa kini hidupnya jauh lebih baik.

“Biasanya saya pergi ke mal dengan anak, ibu, sepupu dan pembantu saya. Saya sangat senang mengajak mereka nonton di bioskop atau sekedar belanja.”

Namun pertumbuhan ekonomi Filipina belum dapat dinikmati semua orang.

Bank Pembangunan Asia mengatakan hanya sedikit kemajuan soal penciptaan lapangan kerja.

Angka pengangguran meningkat menjadi 7,5 persen.

Hampir sebagian besar kaum pekerja dapat dikategorikan sebagai golongan rentan.

Pengamat sosial Jane Timbancaya-Urbanek mengatakan korupsi adalah penyebab utama tidak meratanya distribusi kekayaan negara ke daerah-daerah.

“Saya pikir kita harus menghapus dana aspirasi Parlemen karena itulah yang membuat banyak orang terjun ke dunia politik, bukan untuk melayani rakyat. Menurut saya, jika kita melakukan hal tersebut maka tindak korupsi yang terjadi dalam pemerintahan akan berkurang.”

Yang baru-baru ini terjadi adalah skandal korupsi ‘dana aspirasi Parlemen’ yang menyebabkan Filipina menderita kerugian sebesar 2.5 triliun rupiah.

Hasil penyelidikan media mengungkapkan politisi menggelapkan uang dengan cara menciptakan proyek atau LSM palsu.

Francisca Onepa adalah salah satu orang yang terkena dampak korupsi.

“Kami merasa ekonomi kadang baik kadang tidak. Kadang dagangan kami laris manis, kadang tidak laku sama sekali … Jika saja pemerintah dapat merasakan kesulitan yang kami alami sekarang, mereka harusnya dapat melakukan sesuatu untuk menolong kami keluar dari situasi ini.”

Kata Francisca, dia merasa jauh lebih beruntung jika dibandingkan dengan orangtuanya yang bekerja di perkebunan tebu…

Namun dia termasuk orang-orang yang tidak merasakan pertumbuhan ekonomi Filipina.

Francisca adalah salah satu dari sepertiga penduduk yang hidup dengan uang 30 ribu rupiah per hari.

“Kami tidak memiliki pendidikan. Punya ijazah SMA saja sudah untung. Kami tidak akan mungkin pernah bisa bekerja di pemerintahan karena kami tidak pernah menyelesaikan kursus.”

Pemerintah baru saja memberlakukan program transfer uang tunai 11 sampai 32 ribu rupiah bagi keluarga miskin. Syaratnya, anak mereka tetap bersekolah dan memeriksakan kesehatan secara teratur.

Program ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kehidupan anak cucu Francisca dan generasi selanjutnya di masa mendatang.




  • Filipina
  • kelas menengah Filipina
  • pertumbuhan ekonomi
  • Jofelle Tesorio dan Ariel Carlos

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!