CERITA

Kelompok HAM Himbau Negara Asia Selamatkan Ribuan Rohingya di Lautan

"Organisasi Migrasi Internasional (IOM) memperkirakan ada enam sampai delapan ribu orang Bangladesh dan Muslim Rohingya dari Myanmar yang terjebak dalam kapal-kapal kayu yang membawa mereka. "

KBR and Shakil Ahmed

Warga keturunan Rohingnya sedang menjalani perawatan medis di Posko Kesehatan di Aceh. (Foto: KBR/Er
Warga keturunan Rohingnya sedang menjalani perawatan medis di Posko Kesehatan di Aceh. (Foto: KBR/Erwin Jalaluddin)

Sedikitnya dua kapal yang penuh sesak – yang juga membawa anak-anak dan perempuan - ditarik nelayan lokal di pantai Aceh pada hari Minggu lalu.

Pemerintah Indonesia dan lembaga donor yakin kelompok yang diselamatkan ini sudah berada di lautan selama seminggu.


Ada sekitar 500 orang yang saat ini terdampar di Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara.


Muhammad Malek mengaku mereka mau ke Malaysia tapi ditelantarkan para penyelundup. ”Ini Aceh! Kita dari kampung mahu cari makan, rezeki atau kerja di Malaysia.”.


Ada sekitar 60 perempuan dan 60 anak-anak di antara para migran yangg terlantar itu.


Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Effendi mengatakan para migran yang terdampar dalam keadaan sangat buruk dan mengalami dehidrasi hebat.


“Disitu juga kalau Kita lihat ada pasien ibu hamil satu orang lemah keadaanya dan sedang ditangani. Jadi, Kita tugas medis menangani orang sakit jangan sampai meninggal dua-duanya (ibu dan calon bayi dikandungan-red) akibat kekurangan makan dan minum air mineral. Kalau Kita lihat memang itu mereka dihidrasi berat sehingga banyak kita tolong. Itu ada petugas Kita dilapangan Kita infuslah karena gak makan dengan jumlah 27 orang,” kata Effendi.


Kapolres Aceh Utara Achmadi mengatakan mereka masih mendata mereka. “Memang pendataan ini masih berlanjut terus, untuk data akuratnya sudah dibicarakan tadi dengan IOM dan UNHCR mau didata ulang lagi satu-persatu. Dari situ baru akurat betul. Bisa saja datanya ada penambahan yang sambil jalan mungkin ada di Puskesmas dan penduduk, ”

 

Muslim Rohingya sudah melarikan diri dari kekerasan sektarian di Myanmar selama bertahun-tahun.


Pada Desember lalu , PBB mengesahkan resolusi yang mendesak Myanmar membuka akses bagi etnis Rohingya untuk mendapatkan kewarganegaraan, dimana banyak dari mereka yang tidak punya  kewarganegaraan.


Bupati Aceh Utara Muhammad Jamil mengatakan mereka sudah seharusnya membantu.”Ini Kita harus respons positiflah, karena bukan sengaja dia (imigran-red) datang, bisa dibilang terdampar gitu. Selaku kemanusiaan apalagi semuanya itu muslim kita berkewajiban mempedulikan mereka.”


Tapi TNI tidak  membolehkan kapal yang membawa para migran yang masih berada di lautan untuk merapat ke darat.


Juru bicara TNI, Fuad Basya. “Aturan di TNI dalam rangka jaga perbatasan, kita akan larang setiap orang masuk ke wilayah perbatasan kita tanpa adanya dokumen yang sah. Nah sekarang apakah mereka akan ditampung di kita karena hidupnya susah, terlunta-lunta, dll, itu nanti Kementerian Luar Negeri. Kita TNI tidak bisa memutuskan itu. Kewajiban TNI karena kemarin melihat kapal mereka rusak, mereka kelaparan, air tidak ada, sehingga situasi di dalam kapal sangat runyam, makanya kita bantu.”


Pejabat pemerintah dan aktivis menyebut ada hingga delapan ribu orang Bangladesh dan Rohingya dari Myanmar masih terperangkap dalam kapal kayu yang penuh sesak itu. Mereka menghimbau pemerintah negara-negara di Asia untuk mengambil langkah cepat menyelamatkan mereka.


PBB memperkirakan sekitar 25 ribu orang Rohingya dan Bangladesh diangkut kapal penyelundup manusia antara Januari hingga Maret tahun ini. Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.


Penjaga pantai Bangladesh menemukan sebuah perahu yang mengangkut lebih dari 100 orang Bangladesh dan Rohingya dari Myanmar di tengah laut.


Mereka menuju Malaysia tapi diterlantarkan oleh para penyelundup mereka setelah mereka mendengar pemerintah Thailand melakukan penggerebekan.


Nur Kabir, seorang Muslim Rohingya dari Mynamar mengaku mau mencari kehidupan yang lebih baik.


“Saya mendatangi pantai coxsbazar Bangladesh untuk mencari kerja. Tapi mereka menawari saya pekerjaan yang lebih baik di Malaysia dan meminta saya membayar sekitar tiga juta rupiah. Lalu mereka memaksa saya naik perahu ini tapi sekarang mereka meninggalkan kami di tengah laut,” kisah Nur Kabir.


Pria lain di kapal itu, Sirajullah, mengatakan para penyelundup bercerita padanya kalau perjalanan ke Malaysia sangat mudah.


“Mereka bilang pada saya ini bukan perjalanan yang jauh, hanya dua hari perjalanan laut. Lalu begitu kami tiba di Malaysia, polisi akan menjemput kami dan memberi kami pekerjaan.”

 

Seorang lulusan universitas bernama Habibullah yang ada di kapal itu mengaku dia dijanjikan pergi ke Malaysia dengan pesawat.


“Mereka bilang tidak ada pesawat dari Chittagong jadi harus ke coxsbazar. Tapi setelah tiba di sini mereka membawa saya ke pantai dan di bawah todongan senjata memaksa saya naik perahu ini. Mereka punya senjata dan pisau panjang,” tutir Habibullah.


Penegak hukum Bangladesh telah mulai merazia para penyelundup.


Dixon Choudhury, seorang penjaga pantai Bangladesh. “Kali ini, kami belum bisa menangkap para penyelundup manusia tapi kami akan terus mencari mereka di sepanjang pesisir pantai.”

 


 

  • muslim rohingya
  • pengungsi rohingya aceh
  • KBR
  • Shakil Ahmed
  • Toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!