CERITA

Nurul Izzah: “Saya Hanya Merasakan Sedikit Apa yang Ayah Harus Lalui’

Nurul Izzah (Foto: KBR)

Di Malaysia, lebih dari 150 aktivis, politisi oposisi dan pengacara ditangkap tahun ini berdasarkan UU Perngasutan yang memberlakukan aturan ketat terhadap aksi protes yang dilakukan masyarakat.

Anggota Parlemen Nurul Izzah dan putri pemimpin oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, adalah salah satunya dan dia ditahan selama satu malam.


Nurul Izzah ditahan dengan tuduhan penghasutan saat berpidato mengkriktik pemenjaraan ayahnya. Nurul mengatakan para hakim telah menjual jiwa mereka kepada setan. Ayahnya mulai menjalani masa hukuman lima tahun pada Februari lalu dalam kasus sodomi. Vonis ini dilihat banyak pihak bermotif politik.

 

Nurul Izzah datang ke studio KBR pekan lalu dan saya bertanya apakah penangkapannya itu membuatnya terkejut.

 

“Belum pernah ada dalam sejarah Malaysia, seorang anggota Parlemen ditangkap karena berpidato di Parlemen. Menurut saya ini tidak hanya melanggar isu dasar kebebasan berekpresi tapi juga imunitas Parlemen yang diberikan pada setiap anggota Parlemen. Sayangnya hampir semua anggota Parlemen yang ditangkap berasal dari koalisi oposisi dan kami tidak bertanya  berapa lama masa penahanan. Apa artinya ini? Ini artinya mereka ingin menghukum kami. Mereka ingin membungkam kami dan menciptakan budaya ketakutan.”

 

Apa ini ada pengaruhnya? Apa ini membuat Anda takut?

 

“Mungkin ini rencana Tuhan untuk memastikan kalau saya merasakan sedikit dari apa yang ayah saya dan banyak orang lain harus lalui.”

 

Bagaimana kabar ayah Anda?

 

“Kami diberitahu di menit-menit terakhir kalau hari ini adalah hari kunjungan keluarga. Tapi saya dan kakak saya agak sedih karena kami sedang berada di Indonesia. Kami rindu pada ayah. Kami hanya diberi akses sebulan sekali untuk berkunjung, selama 45 menit. Tapi tentu saja kami bertemu dengannya di pengadilan dari waktu ke waktu karena dia diserang dengan banyak tuduhan. Kelihatan kalau berat badannya turun tapi semangatnya tetap tinggi. Di usianya yang ke-68 dia terlihat seperti mercusuar bagi reformasi dan faktanya dia mengorbankan dirinya dan kembali ke Malaysia untuk meneruskan perjuangan. Ini memberi kekuatan pada kami yang ada di dalam negeri.”   

 

Jaksa penuntut dalam kasus sodomi ayah Anda, Shafee Abdullah, ditunjuk menjadi Ketua Komisi HAM antarpemerintahan ASEAN (AICHR). Pemerintah beralasan dia punya pengalaman yang luas dalam bidang hukum dan HAM dan orang yang tepat untuk pekerjaan ini. Bagaimana Anda melihat penunjukkan ini?

 

“Dia telah melakukan hal yang sangat tidak beretika dengan menyerahkan informasi kepada masyarakat padahal itu tidak boleh dibocorkan dan tidak bisa dipisahkan dari proses pengadilan. Jadi pemerintah harus menjawab banyak hal karena kredibilitas Malaysia sebagai ketua ASEAN dipertaruhkan dan saya sebagai orang Malaysia, tidak ingin prilaku tak pantas dirayakan dengan cara apapun.”  

 

Bagaimana posisi Anda sebagai seorang perempuan mempengaruhi kampanye Anda – dari sisi negatif dan positifnya?

 

“Menurut saya dunia politik dibentuk agar cocok bagi kaum pria. Itu sebabnya kita butuh lebih banyak perempuan yang terjun dalam profesi ini untuk menjelaskan pada kaum pria ‘hai kalian harus memastikan kalau kami didorong untuk berpartisipasi.’ Karena kita bicara soal gerakan yang melibatkan banyak orang, laki-laki dan perempuan. Dan partai ini telah dipimpin oleh presiden perempuan selama bertahun-tahun. Harapan saya, ini bisa menginsipirasi dan mendorong banyak perempuan lain.”

 

“Ini juga sangat sulit. Saya punya dua anak yang masih kecil. Anak saya bertanya, ‘Ibu, aku lihat ibu-ibu lain menghabiskan waktu mereka mengurus anak-anaknya. Saya bilang ‘Ibu sedang mengurus masa depanmu sehingga kita bisa merasa aman di Malaysia yang demokratis dan aman."

 

Dan bagaimana responnya?

 

“Dia bilang. ‘Oke aku akan memikirkannnya. Beri aku waktu untuk bisa menerimanya.” Tapi saya bangga. Tentu sulit ketika saya dipenjara walaupun hanya satu malam. Tapi saya ingin mereka mengerti dan merasa kalau perjuangan ini tidak hanya untuk kakek mereka. Ini untuk semua rakyat Malaysia. Salah satunya kartunis Zunar yang baru saja ditangkap lagi. Jika kita tidak melawan, kita tidak punya apa-apa lagi untuk dipertahankan.”

 

Apakah Anda merasa nyaman berkoalisi dengan Partai Islam Malaysia yang ingin menerapkan hukum Islam?

 

“Malaysia sangat beragam. Tentu saja kami punya pandangan yang berbeda soal hukum Islam. Tapi yang terpenting menurut saya adalah menerima perbedaan pendapat ini dan itu tidak mudah.”

 

Anda menghormati keberagaman tapi ada standar Hak Asasi Manusia secara international. Partai Islam bicara soal hukum rajam sampai mati untuk kasus perzinahan. Apakah Anda nyaman dengan itu?

 

“Kami sudah memutuskan kalau kami tidak mendukung diberlakukannya amandemen yang diusulkan oleh partai Islam.”

 

Apakah ini tidak menyebabkan ketegangan dalam koalisi?

 

“Ya ada ketegangan. Tapi kita harus menerima kenyataan kalau semua anggota parlemen dari masing-masing partai telah ditangkap.” (tertawa)

 

Tapi apakah ini satu-satunya yang menyatukan Anda dan bisa untuk menggulingkan pemerintahan Barisan Nasional?

 

“Jika Anda melihat lebih dekat, di dalam partai Islam sendiri ada beragam pandangan. Tapi menurut saya yang terpenting adalah menyuarakan suara-suara yang ingin Malaysia berubah menjadi lebih baik.”

 
Nurul Izzah-wakil presiden Partai Keadilan Rakyat dan putri tertua dari pemimpin oposisi Malaysia yang dipenjara, Anwar Ibrahim.


Anda bisa mendengarkan wawancara lengkapnya di sini. 

  • Nurul Izzah Anwar
  • Anwar Ibrahim
  • tokoh oposisi Malaysia
  • kasus sodomi Malaysia

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!